Senin, 30 September 2019

Semanngatku Terbakar di Konstantinopel

by: Lilis Indrawati




Awalnya lihat postingan teman di Facebook, yang hampir tiap hari muncul dengan tulisan yang beragam. Pingin juga ya mengisi status di FB dengan sesuatu yang positif dan bermanfaat, tanpa membuat orang yang membaca meradang maupun punya pikiran negatif. Ku cari informasi dari temanku, gayungpun bersambut, dan pas ada pendaftaran ODOPbatch7, wah ini kesempatan untuk menyalurkan hobi menulisku yang sempat macet hingga berkarat. Semangat, semangat. 

Dengan keyakinan yang sangat kurang, aku harus menulis minimal lima paragraf sebagai persyaratan untuk mendaftar. Namanya juga hobi lama yang tidak pernah diasah dan akhirnya macet sampai berkarat, waduh, susahnya minta ampun untuk merangkai kata menjadi kalimat dan yang menarik bagi pembacanya. Ku ulangi membaca berkali-kali, kok sepertinya kurang enak di baca olehku sendiri, apalagi  oleh orang lain yang membaca ya? Tidak menarik sama sekali.

Justru di saat-saat batas akhir pendaftaran, barulah tulisanku yang hanya lima paragraf itu, sedikit enak dibaca, dan kuputuskan untuk langsung publish, dengan membaca basmallah, ku sertakan Allah dalam pendaftaran ini, semua atas ijinNya. Dag dig dug menunggu pengumuman, dan alhamdulillah namaku ada dalam daftar peserta yang di terima. Iseng ku buka beberapa blog peserta yang di terima, ternyata tulisan mereka profesional banget, jadi mengkeret nih nyali, siapalah diriku, yang nulis lima paragraf saja harus menunggu mood yang easy come easy go. Lagi lagi .... semangat, semangat.

Ketika masih ada di grup besar, banyak pertanyaan yang di sampaikan oleh peserta yang intinya aku hanya bisa nyimak, entah aku paham apa tidak dengan apa yang di tanyakan, yang penting nyimak. Ternyata sudah banyak yang mempunyai pengalaman menulis di media dan wouw, ..... punya buku sendiri, dan tidak hanya satu buku tapi lebih. Itu adalah mimpiku, ya benar mimpiku, mimpi yang mengisi tidur-tidur malamku, pikiranku melayang "kapan ya aku bisa seperti mereka?" Mempunyai novel hasil karyaku, hasil tulisanku.........senyum-senyum sendiri nih sambil nulis dan berdo'a, Ya Allah kabulkanlah, buanglah rasa malasku, lancarkan tinta menulisku hingga tiba di suatu titik, mimpiku menjadi kenyataan.

Saatnya grup besar di bagi ke grup kecil, dan aku masuk ke rumah kecil Konstantinopel yang isinya hanya dua puluh tiga orang. Di rumah kecil nan mungil inilah kita semua serasa bersaudara, anggota yang sebelumnya sama sekali tidak aku kenal, akhirnya kenal nama. Dan sampai sekarangpun hanya ku kenal lewat dunia ini, tapi aku merasakan kedekatan yang luar biasa. Sungguh. Disinilah aku benar-benar ada di dunia yang aku butuhkan. Dunia yang lebih banyak menerima daripada memberi. Bagimana tidak? Tadinya kupikir, hanya di beri tantangan menulis selama enam puluh hari saja, ternyata tidak. Ada materi tentang dunia tulis menulis yang diberikan setiap dua hari, Pemateri dan PJ nya pada baik semua. Yang awalnya tidak mengerti tentang apa itu blog, akhirnya jadi sedikit paham. Baru aku tahu bahwa menulis itu ada aturannya, banyak malah, itu kalo ingin menjadi penulis yang profesional. Dan itu tujuanku, tujuan kita semua di Konstantinopel.

Saat ini, kita semua sudah melewati hari ke-22, sedikit lega karena sepertiga perjalanan sudah kita lalui bersama. Walaupun ngos-ngosan harus setor tulisan setiap hari, tapi sedikit-sedikit lemak malasku mulai mencair. Malas menulis yang selama ini bersarang di kepala dan hatiku, pelan tapi pasti  malas itu pergi meninggalkan daerah jajahannya. Bahkan aku yang tidak murni ibu rumah tangga, banyak yang harus di kerjakan ya, aku aktif di beberapa Organisasi Sosial dan Organisasi Kemasyarakatan, Ketua di kelompok kajian sepekan sekali, Koordinator Sie Pendidikan di sebuah yayasan, Ketua Majelis Kader Wilayah, ada yayasan KISANAK (Kita Sayang Anak) yang di kelola bersama suami dan cawe-cawe dalam biro perjalanan umroh, serta membantu pekerjaan suami yang seorang Konsultan Pajak mandiri. 

Jadi hari-hariku yang biasanya menomorduakan laptop, sekarang selalu ada kemanapun aku pergi. Bahkan keluar kotapun aku bawa laptop kesayanganku. Di sela-sela aktifitasku, kusempatkan untuk selalu menulis agar bisa setoran tiap hari, walau ya itu tadi, ngos-ngosan. Tapi tak apalah, aku sangat menikmatinya. Prosesnya benar-benar membuat hidupku berwarna.
Tapi sedihnya, tadinya kita berada di rumah ini dengan anggota keluarga 23 orang, saat ini menjadi 16 orang. Mereka mempunyai pilihan masing-masing, kita yang tersisa berusaha untuk tetap menjalin sillaturahmi dengan anggota kita yang di luar rumah Konstantinopel.

Semangat, semangat dan Tetap Semangat !!!




#ODOPbatch7
#Day22






Minggu, 29 September 2019

Berdamai dengan Hati (2)

by: Lilis Indrawati 


Saking lelahnya, Anita akhirnya tertidur di kursi ruang tamu rumahnya, ia tidur di peluk kecemasan dan di selimuti ketidaktenangan. Hingga tidak di sadari olehnya, Agus sudah ada di sampingnya dengan segelas kopi panas kegemarannya. Perlahan ia merasakan ada guncangan di bahunya, agak susah membuat matanya terbuka, namun aroma seduhan kopi di meja, yang persis di depan hidungnya, membuat Anita terbangun juga. Rasa kaget bercampur senang tidak bisa ia sembunyikan begitu melihat sosok laki-laki yang semalam ia tunggu kepulangannya dengan rasa cemas yang luar biasa.

Sayup-sayup terdengar suara adzan bersahut-sahutan dari masjid-masjid terdekat. Suaminya mengajaknya untuk menunaikan sholat berjamaah, baru dia akan menceritakan apa yang menyebabkan semalam dia terlambat pulang dan membuat istrinya cemas. Agus memutuskan sholat di rumah menjadi imam istrinya, karena melihat suasana hati Anita yang tidak tenang. 

Anita dengan tidak sabarnya segera mencecar suaminya dengan banyak pertanyaan. Ternyata suaminya semalam mengalami kejadian yang di luar dugaan. Habis menemani teman lamanya menyusuri jalanan kota dan tempat-tempat yang layak di singgahi, saatnya Agus mengantar sahabatnya itu ke hotel tempatnya menginap. Dalam perjalana pulang, ada segerombolan sepeda motor yang berada di depan, belakang, samping kanan dan samping kiri motornya. Agus di todong dengan senjata tajam. Tidak ada pilihan lain lagi, ia serahkan motor, dompet, handphone, jam tangan dan semua harta yang dia miliki saat itu. Termasuk jaket kulit hadiah Ulang Tahunnya dari istri tercinta, Anita.

Dan karena sudah malam, ia harus berjalan kaki dari tempat kejadian menuju rumahnya. Tidak sempat memberi kabar karena handphonenya juga sudah berpindah ke tangan para penjambret kurang ajar itu. Dia terus berjalan di tengah dinginnya malam, menyusuri jalanan yang sepi tanpa ada kendaraan yang lewat di kota kecil ini. Kadang ia juga berlari-lari kecil agar segera bisa menggapai rumahnya. Agus juga menyadari betapa cemasnya keluarganya. Hal itulah yang membuat Anita akhirnya tidak menyadari kepulangan suaminya, karena deru motor yang sudah sangat di hapalnya tidak mengiringi kedatangan suaminya.

Alhamdulillah belahan hatinya pulang dalam keadaan sehat walafiat. Dalam sanubarinya ia meminta maaf sama suaminya, karena sempat terlintas dipikirannya hal-hal negatif. Rasa bersalah menguasai hati dan perasaannya, bagaimana ia bisa berpikiran yang tidak-tidak pada sosok berhati mulia tersebut. Namun selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa, begitupun dengan kejadian yang sudah di alaminya tadi malam. Kepasrahan sama Allah yang akan mendatangkan ketenangan di dalam hati.

Ada kalanya kita mengalah untuk sebuah kedamaian. Kedamaian diri sendiri maupun orang-orang di sekitar kita. Karena sesungguhnya kita membutuhkan rasa damai dalam kehidupan kita. Begitupun dengan Anita, dengan kejadian itu ia berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih sabar, lebih mengalah dengan hatinya yang terkadang berpikiran negatif terhadap suami sendiri. Ia pasrahkan semua pada Allah Sang Pengatur Kehidupan.




#ODOPbatch7
#Day21

Sabtu, 28 September 2019

Berdamai dengan Hati

by: Lilis Indrawati




Jarum jam dinding di rumah Anita sudah menunjukkan angka 23.00 WITA. Sudah larut menurut ukuran kampung ini. Banyak penghuni perumahan yang sudah terlelap barangkali. Begitu juga penghuni rumah Anita sudah pada menikmati mimpi-mimpi indahnya. Hanya Anita yang belum bisa terlelap menikmati suasana malam yang dingin sehabis di sapa hujan sore tadi. Jangankan terlelap, duduk saja tidak tenang, ia terus mondar mandir, dan bolak balik membuka tirai jendela berwarna peach, warna favouritnya. Ia pasang telinga kuat-kuat untuk mendengarkan suara motor yang lewat. Dari kejauhan sayup-sayup deru motor memasuki gendang telinganya, langsung ia buka pintu rumahnya, namun bukan suara motor yang di nantikannya.

Anita melirik jam dinding lagi, sekarang angka sudah bergeser ke angka 24.00 WITA. Sudah sangat larut malam, kenapa suaminya belum juga kembali ke rumah ini? Rumah yang mereka tempati setahun belakangan. Desiran angin yang melewati celah-celah jendela, membuat Anita merasakan dinginnya udara di malam ini. Ia bergegas masuk ke kamar, tak berapa lama Anita keluar dengan jaket yang menutupi tubuh langsingnya. Lagi-lagi hatinya di penuhi berbagai macam kegundahan yang hanya berputar-putar dalam pusarannya.

Setahun ini, Anita mendapatkan promosi jabatan sebagai Manajer Operasional dari kantor tempatnya bekerja. Ia dan keluarganya harus pindah ke kota kecil di pulau seberang. Tidak masalah buat anak-anaknya karena mereka belum ada yang memasuki usia sekolah. Namun tidak begitu buat sesosok pria yang menikahinya lima tahun yang lalu. Melalui perdebatan yang rumit, akhirnya suaminya mengalah, menuruti permintaan istri tercinta untuk pindah ke kota ini, walau dengan hati yang berat.

Sebagai seorang suami, Agus merasa bahwa dirinyalah yang mempunyai kewajiban untuk menafkahi istri dan anak-anaknya. Namun tidak begitu dengan kehidupan perkawinan ini, semenjak Agus memutuskan mengundurkan diri dari tempatnya bekerja empat tahun yang lalu, istrinyalah yang menjadi tulang punggung di keluarga ini. Malu dan minder sebenarnya, Agus juga merasa kikuk jika harus menghadapi keluarga besar istrinya. Itulah yang Anita rasakan, dan terungkap dalam perdebatan sebelum suaminya memutuskan untuk mengikuti dirinya pindah tugas.

Anita sangat memahami kondisi ini, maka tidak sekalipun ia berani untuk membantah maupun melawan suaminya. Ia sangat menghormati dan mencintai laki-laki yang sudah menjadi ayah dari tiga anaknya. Rejeki sudah di atur oleh Sang Pencipta, mungkin kali ini rejeki itu hadir melalui dirinya. Toh tanggung jawab suaminya pada dirinya dan anak-anaknya sangatlah tinggi. Ia merasakan suaminya sangat mencintainya dan sangat menyayangi keluarga kecilnya. Kesetiaan suaminya, Anita tidak pernah meragukannya.

Tadi siang melalui sambungan telepon, suaminya memberitahu bahwa ada teman lamanya yang datang ke kota ini. Sebagai sahabat yang lama tidak bertemu, ia akan menemaninya berkeliling menikmati indahnya pulau ini. Tanpa sempat menanyakan perihal temannya itu, sambungan telepon terputus, Anita tidak bisa lagi menghubungi suaminya. Hingga ia pulang kantor, Agus belum pulang dari urusannya bersama sang teman lama. Ia sangat mencemaskan suaminya, berbagai macam pertanyaan membuncah dalam kepalanya. Rasa cemas dan khawatir berhasil menguasai dirinya.

Dannnn ........ jam dinding menunjukkan angka 01.00 WITA, Agus sang suami tak juga ada kabarnya ....

bersambung




#ODOPbatch7
#Day20



Jumat, 27 September 2019

Resensi Tantangan Pekan Ketiga

by: Lilis Indrawati



Judul Buku        : Ayahku (Bukan) Pembohong
Oleh                      : Tere Liye
Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan               : keduapuluh lima: Mei 2019
Tebal                    : 304 halaman; 20 cm
Harga                   : Rp. 78.000,-





Menceritakan tentang Dam kecil yang mempunyai ayah yang sangat menyayanginya. Sang ayah selalu menceritakan kisah-kisah hebatnya pada masa mudanya. Dam yang masih kecil selalu antusias setiap ayahnya bercerita tentang kehebatannya, dan Dam sangat mempercayainya. Cerita kehebatan itu membuat rasa kurang percaya dirinya terhadap kehidupan masa kecilnya yang serba sederhana, menjadi hilang. Ia tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan sangat bersemangat dalam mencapai cita-citanya.

Lambat laun, Dam kecil tumbuh menjadi pria dewasa dan menempuh pendidikan tingginya. Di saat itulah Dam menyadari bahwa cerita-cerita yang disampaikan ayahnya dari ia kecil itu tidaklah benar. Ia menyadari itu sebagai bualan ayah atas ketidak puasannya di dalam kehidupan duniawi yang di jalaninya. Dam merasa ayahnya melampiaskan ketidakpuasannya itu kepada dirinya dengan bercerita bahwa dulunya sang ayah adalah orang hebat, juga berteman dengan orang-orang hebat pula.

Tidak cukup sampai di cerita kehebatan sang ayah saja, namun ibunya Dam juga termasuk artis yang hebat di jamannya. Dan ketika Dam dewasa, cerita-cerita itu membuat Dam muak dan mual. Hingga secara perlahan ia membenci ayahnya sendiri. Tidak perlu ada yang harus dipercayai dari ayah, karena sudah membohonginya dari Dam kecil, dan berlanjut hingga dewasa, ayah tetap menjadi seseorang yang hidup dengan cerita bohongnya

Ketika Dam sudah menikah dengan teman masa kecilnya yang bernama Taani, sang ayah harus tinggal bersamanya karena ibu Dam sudah mendahului menghadap sang Pencipta. Dam di karuniai dua orang anak laki dan perempuan, Qon dan Zas. Seperti yang dulu diceritakan pada Dam, begitu juga yang ayah lakukan pada kedua anak Dam. Ayah selalu menceritakan kisah hebatnya sama persis dengan yang dia ceritakan ketika Dam masih kecil. Dan seperti anak kecil pada umumnya, Qon dan Zas juga sangat percaya dan seneng mendengar tentang cerita hebat tersebut.

Tapi lain halnya dengan Dam, ia merasa cukup dirinya saja yang menjadi korban dari bualan ayah melalui cerita-cerita hebatnya itu. Dam tidak ingin membesarkan anaknya hidup dalam dusta seperti yang selama ini dilakukan ayah pada dirinya. Mereka akan dibesarkan dengan kerja keras, bukan dengan dongeng-dongeng palsu.

Hingga pertengkaran hebat itu terjadi, yang mengakibatkan ayahnya pergi meninggalkan rumah, dan mendapatkan kabar ayahnya masuk Rumah Sakit. Di saat kritis ayahnya bercerita tentang hakekat sejati kebahagiaan hidup. Dan mendapatkan semua cerita tentang ayah dan ibunya versi ayahnya sendiri. Antara percaya dan tidak percaya akan kebenaran cerita itu, yang jelas pada saat kematian ayahnya semua benar-benar terbuka. Dam menyadari ternyata ayahnya bukanlah pembohong.




#ODOPbatch7
#Day19
#Tantangan Pekan Ketiga

Kamis, 26 September 2019

Ini Ceritaku

by: Lilis Indrawati



Alunan merdu suara Kang Ebiet G. Ade, mengiringi perjalananku pagi ini. Tujuanku adalah kota Gudeg Yogyakarta. Hmmm Empat Puluh Lima hari yang lalu, terakhir kalinya aku menginjakkan kakiku di sini, serasa lamaaa sekali. Dan perjalanan saat ini pun sama dengan perjalanan yang sudah-sudah, hatiku selalu berbunga bunga setiap menuju Yogyakarta. Kota yang indah dan bikin nagih bagi siapapun untuk datang kembali. Seperti yang dikatakan oleh Joko Pinurbo, penyair terkemuka Indonesia "Yogyakarta terbuat dari rindu, pulang dan angkringan"

Perjalanan ini lebih cepat dari sebelumnya, bayangan kedua anakku yang lagi menuntut ilmu di kota ini, silih berganti berkelebat di depan mataku. Tanpa terasa bibirku ketarik ke kanan dan ke kiri. Sebentar lagi aku akan bertemu dengan mereka. Inilah saat saat yang sangat kami nantikan. Bukan hanya aku yang menghitung hari untuk bertemu dengan mereka, tapi mereka juga menghitung mundur kapan orang tuanya akan datang menjenguknya

Keluar dari bandara sebelum menuju tempat mereka, perutku berbunyi tiada bisa di bendung lagi. Ku sempatkan mampir di sebuah warung makan tidak jauh dari bandara, aku harus sehat pikirku, jangan sampai kelihatan kurang sehat apalagi tidak sehat. Walau semalam nyaris tidak tidur, entahlah .... aku tidak mengantuk di pagi ini. Ketakutanku ketinggalan pesawat mengganggu tidur malamku. Sengaja aku cari penerbangan awal biar aku bisa tiba di Yogya tidak terlalu siang.

Warung makan sederhana tapi bersih menurutku. Ada beberapa orang duduk di bagian tengah warung ini yang lagi menikmati hidangan. Akhirnya ku pesen nasi pecel lengkap dengan peyeknya, di tambah segelas teh hangat tanpa gula. Tidak lama berselang makanan yang ku pesan segera terhidang di depanku. Aku segera melahapnya, tadi pagi sebelum berangkat, aku tidak sempat memasukkan apapun untuk mengisi perut ini. Makanya begitu ada kesempatan untuk menikmati hidangan sederhana khas Indonesia, tidak akan kusia-siakan. Tidak sampai satu jam, piringku sudah bersih, isinya sudah berpindah ke tempat yang lebih aman. 😅 Puji syukur kepada Allah, masih diberikan kenikmatan ini.

Akhirnya kulanjukan perjalananku menuju ke arah tujuanku, anak perempuanku yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Perjalanan relatif lancar karena pagi sudah lewat, dan siang belum menghampiri. Langit cerah cenderung panas membuat badanku berkeringat, sudah kubayangkan pertemuan dengan si gadis remaja ini. Sesampai di tujuan, kulihat sudah banyak para wali santri yang sudah membentuk perkumpulan-perkumpulan kecil di pendopo. Aku bergegas mengisi form ijin perpulangan kecil, yaitu perpulangan hanya satu malam dan itupun adanya tiga bulan sekali. Ku kembalikan form itu kepada petugas dan kuhampiri para wali santri yang ngobrol di pendopo.

Ini tahun kedua anakku menimba ilmu di sini, selama kurun waktu yang belum ada dua tahun, ku ketahui bahwa santri yang ada di sekolah ini tidak hanya berasal dari warga sekitaran Yogya saja, tapi berasal dari propinsi seluruh Indonesia. Ada yang dari Papua, Palu, Sumatra, Tangerang, Bali, Jatim, Jateng dan lain sebagainya yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Benar kata temanku, bahwa punya anak yang tinggal di pesantren itu temannya se-Indonesia. Bahkan silaturahmi antar orang tuapun terjalin dengan sangat bagus.

Saatnya pertemuan dengan sang putri tercinta, seperti yang sudah-sudah begitu ketemu, kami saling berpelukan dan keluarlah tangisan seperti sebelumnya, Tangisan haru dan bahagia menjadi pemandangan yang unik di sekolah ini. Begitu banyak yang ingin di ceritakan kepada kami orang tuanya, suka dukanya mereka ketika tinggal berjauhan dengan keluarga. Ini namanya Quality Time. Mari nak kita melipir ke tempat yang nyaman untuk mencurahkan segala isi hati, baik itu cerita bahagia dan cerita sebaliknya. Mama menyiapkan telinga untuk mendengarkan semua isi hatimu yang keluar dari bibir mungil itu. Yang kau inginkan bukan jalan-jalan menyusuri indahnya wisata kota ini, bisa lain waktu kita susuri. Saat ini yang kamu butuhkan adalah untuk di dengarkan, dan mama siap. Eits tapi sebelum masuk ke tempat yang nyaman untuk bercerita, kita hampiri dulu kangmas mu, anak keduaku yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, dan masih berada di kota Yogya juga.





#ODOPbatch7
#Day18





Rabu, 25 September 2019

Mencintaimu Dengan Caraku

by: Lilis Indrawati



Ia pandangi wajah di sampingnya, wajah rupawan, imut tanpa jerawat juga tanpa bekas jerawatnya. Wajah polos tanpa sapuan bedak, juga bibir alami tanpa goresan lipstik. Wajah yang menemaninya sejak sama-sama mengenyam pendidikan Sekolah Dasar. SD, SMP dan SMA mereka lalui bersama. Persahabatan yang mengalir, tanpa digelandoti embel-embel percintaan, murni persahabatan. Doni dan Arika, sepasang sahabat rasa saudara.

Hingga sekarangpun, ketika mereka sama-sama lulus SMA, dan melanjutkan sesuai pilihan masing-masing, persahabatan itu tetap terjalin. Arika merantau ke kota Jogja, bukan untuk bersekolah tapi untuk bekerja, ada tawaran pekerjaan dari pamannya di kota itu. Ia harus menuruti pamannya, karena selama ini sang paman sudah merawatnya sejak kecil. Sedangkan Doni, harusnya dia tidak melanjutkan jenjang perguruan tinggi di kota Gudeg itu. Doni di terima di sebuah PTN di Surabaya, tapi demi persahabatannya dengan Arika, dia memilih untuk kuliah di Jogja, sebuah PTS terkenal di kota itu.

Seperti sore ini Arika ingin menemui Doni, dia ingin menceritakan tentang sesosok pria yang mulai mengisi hari-harinya. Persahabatan dengan Doni yang terjalin dari kecil, membuat ia tak lagi sungkan untuk menceritakan segala permasalahannya, termasuk soal asmaranya dengan pria di kantornya. Dan seperti biasanya Doni dengan senang hati meluangkan waktunya, menyiapkan telinganya dan menyediakan bahunya untuk gadis yang menjadi sahabatnya itu.

Dalamnya lautan bisa diduga, namun dalamnya hati tidak akan pernah bisa diukur, apalagi di selami. Doni sangatlah lihai menyembunyikan perasaannya selama ini. Dia selalu ada untuk Arika, mendengarkan cerita ceritanya. Dan siap menjadi orang terdepan yang membelanya jika ada yang berani menyakiti gadis tersebut . Begitulah cara Doni mencintai Arika. Doni yakin dia bukan pria yang di inginkan Arika. 

Rasa sayangnya pada Arika, membuat Doni tak kuasa menyampaikan isi hatinya. Cukup dirinya sendiri dan Allah yang tahu tentang perasaan ini. Baginya ia lebih  menyukai gadis pujaan hatinya itu bahagia walau tidak bersama dirinya. Dia tidak ingin menodai persahabatan yang sudah terjalin lama. Mencintai tak harus memiliki. Begitulah cara Doni mencinta Arika



#ODOPbatch7
#Day17

Selasa, 24 September 2019

Sepatu Bolong

by: Lilis Indrawati



Dia berlari-lari kecil, menyusuri jalanan yang mulai ramai oleh lalu lalang kendaraan. Nafasnya ngos-ngosan, naik turun tak beraturan. Kelihatan bulir-bulir keringat mulai hadir di wajahnya tanpa bisa di halau. Entah mengapa hari ini dia kesiangan, hingga harus terburu buru seperti ini. Padahal dia sudah bangun pagi, sama dengan hari-hari sebelumnya. Ah .... tak usalah di pikir, yang terpenting dia tidak terlambat sampai di sekolah.

Dia terus mempercepat jalannya, lalu lalang orang yang melewati jalanan ini sedikit menghambat langkahnya. Dia lirik jam tangan perempuan di sampingnya, waktu sudah menunjukkan pukul 06.43 WIB. Masih ada 17 menit lagi untuk bisa sampai di sekolah, ada sedikit kelegaan dalam desahannya. Agak santai laju kakinya melangkah, sambil menata nafasnya, ia melihat ke bawah, ke arah sepatu yang di kenakan. Sepatu kesayangan dan satu satunya, hanya ini yang bisa dibelikan emaknya setelah harus nabung beberapa hari menjadi buruh tani di sawah. Itupun bukan sepatu baru yang bisa di bayar dengan uang emak. Oh emak .... kasihnya mengobarkan semangat untuk bersekolah.

Dari jauh kelihatan gerbang sekolahnya, banyak teman-temannya yang juga sama terburu buru, jalan kaki seperti dirinya, ataupun diantar dengan sepeda motor maupun mobil. Dia keluarkan sapu tangan  lusuh dari tasnya yang mulai memudar warnanya. Dia usap mukanya yang bekeringat dengan sapu tangan itu. Bagaimanapun dia harus kelihatan segar, walau beban hidup yang ditanggungnya berat untuk anak seumur dia, biarlah itu menjadi rahasia hidupnya.

Gerbang sekolah hampir ditutup ketika dia melangkahkan kaki memasukinya. Bergegas dia berlari masuk ke kelasnya. Sudah mulai penuh kelasnya, dia lepaskan sepatunya, sepatu warna hitam, bergaris putih yang ditutup dengan goresan spidol berwarna hitam. Dia letakkan  dengan sangat hati-hati di antara jejeran sepatu teman temannya. Kelihatan berbeda dengan yang lain, berbeda bukan karena bagusnya, tapi berbeda karena usangnya. Hai .... kenapa pula memikirkan sepatunya yang berani tampil beda, lebih baik konsentrasi ke pelajaran hari ini. Biar cita-citanya membahagiakan emaknya terwujud.

Tepat pukul 12.15 WIB bel berdentang. Pertanda jam pelajaran hari ini usai. Perutnya mulai keroncongan, kukuruyuk ... persis seperti suara ayam di pagi hari, keroncongan. Lapar yang dirasakan membuat dia bergegas meninggalkan sekolah, menyusuri jalanan yang tadi pagi dilaluinya. Bayangan harum ikan asin masakan emak yang menjadi menu kesukaannya, mulai mengganggu pikirannya. Jalannya semakin di percepat, dannn ups .....  dia merasakan sakit di telapak kakinya. Serasa telapaknya langsung menginjak kerikil jalanan, sakiiiittt. Dia hentikan langkahnya, melepas sepatunya, dia jinjing dengan kedua tangannya. Pelan pelan dia berjalan, bayangan ikan asin semakin jauh, dia harus pelan pelan melangkahkan kakinya.

Lagi dan lagi, sepatunya enggan diajak bekerja sama. Dia memikirkan bagaimana cara menambal dan menjahit sepatunya. Rasa lapar ditambah terik matahari yang pas di atas kepalanya membuatnya semakin lapar dan haus. Sepatu bolong, itu juga yang membuat dia berlari lari ke sekolah tadi pagi, harus menambalnya terlebih dahulu, sebelum berangkat. Namun, ini tak menyurutkan keamuannya untuk bersekolah, cita-cita ingin menjadi orang pinter dan membahagiakan emak, mengalahkan sepatunya yang bolong.





#ODOPbatch7
#Day16

Senin, 23 September 2019

Bapak

by: Lilis Indrawati


Aku duduk di taman halaman rumahku pagi ini, dengan secangkir kopi susu kesukaanku. Aroma seduhannya melewati indra penciumanku, masuk ke rongga rongga hidungku .... sedaaap. Ku sruput dan ku nikmati kopiku selagi masih panas panas dengan asap mengepul harum. Sejenak rasa hangat melewati tenggorokanku dan kerongkonganku. Ini salah satu karunia Allah yang bisa di nikmati di pagi yang cerah ini.

Ingatanku kembali ke masa masa 40 tahun silam. Bayangan laki laki tinggi besar, berkulit putih, rambut lurus dan bermata sipit sejenak menguasai pikiranku. Ku bayangkan wajahnya sesuai foto yang aku lihat di album keluarga, namun semakin ku bayangkan wajah itu semakin kabur dan lama lama menghilang. Ku coba lagi untuk menghadirkan kenangan itu, namun waktu sudah membuat ingatanku memudar dan membawa kenangan itu ikut bersamanya.  Sakit rasanya.

Sejenak aku terbuai oleh cerita-cerita masa lalu bersamamu dari ibuku dan itu berhasil membuat mataku panas, berkaca-kaca, dan akhirnya basah. Air mataku mengalir tanpa permisi kepada pemilik mata ini. Tidak banyak bahkan tidak ada yang ku ingat tentang kenangan bersama bapak di masa lampau.  Tidak ada  yang singgah di memoriku. Ini bukan air mata kesedihan, tapi ini adalah air mata kerinduan. Ya ..... kerinduan terhadap bapak yang tidak bisa ku rangkai kenangan bersamanya.

Aku sangat merindukan hadirmu, merindukan saat-saat kecil bersamamu, merindukan pelukan, dekapan dan perhatianmu. Aku sangat ingin merasakan laranganmu, sangat ingin merasakan marahmu jika aku nakal. Namun itu semua hanya impian, aku tidak pernah benar-benar merasakan masa masa kecil bersamamu, Tidak bisa merasakan tumbuh dewasa bersamamu. Ngiler melihat temanku diantar dan di jemput bapaknya dari sekolah. Aku merindukan saat saat itu hadir, walau hanya dalam mimpiku. Rindu tetaplah menjadi rindu yang tidak akan pernah merasakan obatnya.

Bapakku sudah menempati tempat terbaik di sisiNya, hanya doa yang bisa kupanjatkan. Bukankah doa anak untuk orang tuanya tidak berbatas apapun? Walau sekarang kita berada di dunia yang berbeda, kenangan-kenangan melalui cerita ibuku yang terangkai di hatiku, akan menjadi penyemangat hidupku. Menjadikan aku gadis yatim yang dipaksa berubah menjadi wanita tangguh, dan mandiri, karena tidak merasakan hadirnya bapak di kehidupannya.

Tak terasa kopi di cangkirku sudah sampai dasarnya, dan masih belum bisa ku temukan rangkaian wajah bapakku di anganku. Seandainya ada waktu sedikit saja untuk bertemu denganmu bapak, dan walau itu dalam mimpiku sekalipun, aku hanya menginginkan bagaimana hangatnya berada di pelukanmu dan nyamannya dekapanmu. Rindu tetaplah menjadi rindu yang ku simpan di sanubariku.



#ODOPbatch7
#Day15 


Minggu, 22 September 2019

Rindu buat yang jauh disana

by: Lilis Indrawati



Ada kalanya terpisah jarak itu di perlukan
Ada saatnya tinggal berjauhan itu di butuhkan
Tak selamanya tinggal berjauhan itu negatif
Tak selalu tinggal berdampingan itu positif

Manakala untuk sementara waktu kita  terpisah jarak dan waktu, kita tinggal berjauhan, disanalah kerinduan itu muncul, kerinduan akan seseorang yang biasanya ada di samping kita. Karena kebiasaan itu kita merasa tidak ada yang istimewa dari seseorang yang selama ini bersama kita tiap hari. Bahkan kita menganggapnya itu biasa biasa saja, tidak ada yang istimewa.

Namun jika kita tinggal berjauhan untuk beberapa saat, di sanalah kita akan merasakan betapa pentingnya seseorang itu dalam kehidupan kita, ada sesuatu yang menjadikan dia luar biasa di hati dan di kehidupan kita, Di sanalah kerinduan itu muncul. Rasa rindu yang selama ini kita tidak rasakan karena kita tidak sadari. Yang kita rasakan adalah betapa berharga seseorang itu buat kita, betapa nyamannya bila seseorang itu ada di samping kita. Dari sinilah  instropeksi diri itu di mulai.

Kita mulai merindukan perhatiannya, dari hal hal yang paling kecil sampe hal yang paling besar, dari hal yang ringan sampai hal yang berat, dari hal yang mudah sampai hal yang rumit. Satu persatu mulai muncul di memori kita.  Memperhatikan dan di perhatikan, mulai dari hal yang penting sampai hal yang tidak penting, kita akan tahu dan mencoba mencari tahu. Dan kita menjadi semakin menyadari bahwa seseorang itu menjadi luar biasa dan sangat istimewa di hati.

Rasa rindu akan muncul, rasa rindu untuk bercengkerama, rasa rindu hanya untuk sekedar memandang matanya dan melihat bibirnya tersenyum. Kita akan merasakan betapa mahalnya rasa rindu itu, ya ....rasa rindu yang terasa mahal karena tidak seketika itu bisa terobati, harus sabar hingga seseorang itu ada di samping kita kembali.

Dan begitu tiba waktunya untuk dekat kembali, untuk bersama kembali, kita seperti baru menemukan diri kita yang habis di charge dengan baterai yang terisi penuh. Kita menemukan diri kita dan dirinya segar kembali, untuk memulai dan menapaki jalan yang ada di hadapan kita, jalan masa depan.

Untuk seseorang yang jauh di sana, 
Untuk seseorang yang tidak ku rindukan, tadinya
Untuk seseorang yang selalu ada di hatiku, saat ini dan seterusnya
Aku sangat rindu, bahkan terlampau rindu



ODOP batch7
Day14






Sabtu, 21 September 2019

Lelaki di Ujung Jalan

by: Lilis Indrawati



Lalu lintas di sepanjang jalan itu ramai setiap harinya, dari pagi sampe sore, dari mulai anak sekolah sampai karyawan perusahaan, ada kantor pemerintahan dan kantor swasta. Mahasiswa lalu lalang setiap paginya untuk berangkat ke kampus. Pedagang sayur menjajakan dagangannya, di atas motor yang sarat dengan keperluan dapur. Itulah rutinitas harian warga 0361, inilah jalan raya, jalan utama di kota ini.

Dan di ujung jalan sana, di bawah lampu merah, persis di antara semak-semak sedikit rimbun, yang sengaja di tanam oleh instansi terkait sebagai wujud dari taman kota. Menjadi pemandangan yang biasa, melihat lelaki dekil tengah duduk di sela sela semak tatkala lampu hijau menyala. Bersembunyi dari polusi kendaraan untuk sesaat. Rutinitas pagi selalu bisa di temui dirinya di sana. Begitupun di siang hari di kala orang enggan keluar dari rumah teduh mereka, dari kantor sejuk mereka,  kaupun ada di sana, kau rela berpanas panas di sana. Dibalik semak semak kau bersembunyi dari panasnya terik matahari, dari debu tertiup angin, dari asap yang di hasilkan dari knalpot kendaraan bermotor.

Tak kau hiraukan gendang telingamu terganggu oleh pekaknya suara kendaraan, kau terlihat kuat tapi ringkih, jiwamu gersang. Kumal bajumu, kusam wajahmu sepertinya tak menjadikan itu bagian dari masalahmu, juga tak menjadikan itu beban hidupmu. Bagimu yang lebih penting adalah bagaimana perutmu dan perut penghuni rumah bedengmu terhindar dari bunyi keroncongan. Bagaimana caranya bertahan dari kerasnya hidup. Mungkin anak istrimu menunggumu di rumah dengan pengharapan penuh akan hasil hari ini.

Beban hidup yang begitu berat, membuat bibirmu tak bisa mengembang ke kanan maupun ke kiri. Tatapan matamu hanya tertuju pada lalu lalang sebagian orang yang melintasi jalanan itu. Usiamu tak lagi muda. Namun lebih tua dari usia yang sebenarnya. Ingatlah Allah tak memberi ujian hambanya melebihi kemampuannya. Hidup itu perjuangan, tapi juga pilihan, jika jalan yang kau tempuh sekarang ini menjadi pilihanmu, itu mutlak akan menjadi hakmu.

Tapi setidakanya kau punya pilihan hidup yang lebih baik dari yang sekarang kau jalani. Bukan sekedar mengharap belas kasih orang lain. Bisakah kau berpikir untuk masa depan? Bukan sekedar memikirkan isi perut hari ini dan esok hari? Berusahalah dengan kemampuan yang ada padamu, rubahlah hidupmu, rubahlah pola pikirmu....bukankah tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah? Berusahalah terus sampai kehidupan duniamu menjadi lebih baik, dan jangan pernah remehkan kekuatan do'a, hingga tak kutemukan lagi lelaki di ujung jalan itu .... sang pengemis


#ODOPbatch7
#Day13

Jumat, 20 September 2019

Menjadi seorang Pemimpi

by: Lilis Indrawati


Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin di lakukan oleh manusia (Seno Gumira Ajidarma)

Menjadi penulis profesional adalah salah satu mimpiku. Mimpi-mimpi yang lain tentunya banyak, tak perlu aku ungkapkan di sini. Biarlah itu menjadi bagian dari hidupku, jadi resolusiku. Bermimpilah terus, hingga salah satu dari mimpiku itu bisa terwujud, entah kapanpun. Namun mimpi tanpa usaha itu tidaklah mungkin. Kalo tidak maksain dan melatih diri untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu, maka juga tidak akan terwujud. Maka usahaku adalah berusaha untuk istiqomah menulis setiap hari, setiap saat, entah tulisan tulisanku itu akan menemui dan di temui pembacanya ataukah tidak .... yang penting nulis. Aku yakin dengan rutin menulis, kelak tulisanku akan enak di baca. InsyaAllah

Ada banyak hal yang bisa ku temukan dengan menulis, entah perasaan bahagia, sedih, marah, malas, sebel, geregetan, semua bisa aku tuangkan ke dalam tulisanku, entah itu dalam bentuk cerita fiksi, non fiksi maupun puisi. Dalam menulis, semua ide ide yang ada di kepala menjadi berkembang dan bisa menjadi tulisan, masalah tulisan itu enak di baca atau tidak, itu semua butuh proses.

Untuk menjadi penulis, yang di butuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktekannya, orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis namun tidak pernah melakuknnya maka ia sama saja dengan bermimpi untuk memiliki mobil, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk memilikinya. (Stephen King)

Dalam menulis, aku lebih senang dan lebih nyaman menulis cerita fiksi. Dengan fiksi imajinasiku bisa liar kemanapun berkelana, tanpa ada tembok tebal yang menjadi penghalang. Fiksi membawaku ke arah yang aku mau, aku bisa berputar putar di romantisme, aku terbang tinggi ke cerita masa depan, balik arah ke masa lalu dan bisa bertengger di masa sekarang. Bersama fiksi aku bisa menjadikan tokoh dalam tulisanku menjadi pribadi dan berkarakter seperti yang aku mau dan aku kehendaki. 

Imajinasi lebih penting dari pada pengetahuan. Pengetahuan itu terbatas, sementara imajinasi melingkupi dunia (Albert Einstein)

Ide menulis fiksi bisa aku dapat dari mana saja, dan ku tuangkan dalam sebuah cerita yang aku kembangkan melalui imajinasiku. Aku tidak peduli jika orang-orang yang membaca ceritaku mempunyai pikiran bahwa ini cerita yang di alami penulisnya. Aku lebih menyukai cerita yang berakhir bahagia dari pada yang berakhir menyedihkan. Itulah nyamannya menulis cerita fiksi. Akhir cerita bisa ku buat sesuai keinginanku, tentunya dengan alur yang ku buat dengan semenarik mungkin.

Namun, dengan berbagai alasan di atas, yang paling penting adalah aku bisa menyalurkan hobiku, hobi menulis. Hobi yang sejak masa SMA aku lakukan, namun terhenti sekian tahun, dan baru bisa memulainya lagi saat ini, saat ada pendaftaran ODOPbatch 7. ODOP memberiku kesempatan menulis yang sudah lama macet karena tidak ada tantangan dan tidak ada paksaan. Di paksa menulis merupakan bentuk latihan kedisplinan untuk membuat tinta cerita yang ada di kepala menjadi encer lagi. Dengan di paksa, mau tidak mau harus mau, agar bisa menyelesaikan tantangan 60 hari menulis.

Dan jika mimpiku terwujud aku ingin menjadikan tulisan-tulisanku bisa  memotivasi orang lain untuk menjadi perempuan yang berkemajuan. Menjadi perempuan yang bisa menghasilkan karya dan akan di kenang oleh anak cucu sebaagai warisan, ya warisan tulisan yang menginspirasi. Semua itu butuh proses.

Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah (Pramoedya Ananta Toer)


#ODOPbatch7
#Day12
#Tantangan Pekan Kedua


Kamis, 19 September 2019

Pengalaman Hidup

by: Lilis Indrawati


Ini kejadian tahun 2001,  di bulan Januari, tepat lima bulan setelah pernikahan kami. Istriku di larikan ke Rumah Sakit terdekat oleh tetanggaku. Sore hari sepulang kerja, tiba-tiba istriku pingsan setelah merasakan rasa sakit yang begitu hebat di bagian perut. Setiba di Rumah Sakit, langsung di tangani dokter bedah, dan diagnosa awal adalah usus buntu. Harus segera diambil tindakan, di operasi karena usus buntunya sudah pecah dan terjadi infeksi. Ini melihat kondisi istriku yang sebentar sadar dan sebentar pingsan. Aku sendiri tidak berada di tempat, ketika peristiwa itu terjadi. Sedang berada di kabupaten lain yang jarak tempuhnya kurang lebih dua jam dengan perjalanan mobil.

Kabarnya, operasi siap di lakukan, hanya tinggal menunggu tanda tanganku. Aku sendiri begitu di kabari oleh tetanggaku, langsung memutuskan untuk pulang. Kami tinggal di pulau yang jauh dari keluarga, beruntungnya kami punya tetangga yang begitu baik dan peduli dengan kondisi kesehatan istriku. Namun bagaimanapun aku harus sesegera mungkin ada di samping istriku, mendampinginya dan menguatkannya. Saat itu hanya aku, suaminya yang di miliki di rantauan ini. Aku bayangkan betapa ketakutannya istriku, betapa menderitanya dengan rasa sakit di perut itu, hingga pingsan. Karena seumur umur istriku tidak pernah mengalami yang namanya pingsan. Ingin rasanya aku tancap gas kencang kencang biar secepat mungkin ada di dekatnya, menandatangani dokumen Rumah Sakit, dan operasi segera di lakukan. Tapi malam itu jalanan begitu padatnya. Sepanjang perjalanan hatiku rasanya tidak karuan, teman disampingku menguatkanku....bahwa operasi usus buntu itu operasi kecil, jadi tenang dan berdoa sama Allah.

Setiba di Rumah Sakit, aku langsung menemui istriku, kulihat wajah istriku pucat dengan kondisi fisik yang sangat lemah. Menurut hasil pemeriksaan, HB istriku ada di angka 6, HB normal manusia antara 11 - 12. Pendarahan di dalam begitu hebat, hingga HBnya turun drastis dalam hitungan jam. Aku pegangi tangannya dan membisikkan kata kata bahwa aku suaminya ada disampingnya dan mendampinginya. Istriku antara sadar dan tidak sadar. Segera ku tanda tangani dokumen Rumah Sakit. Dan operasi itu akan segera di lakukan.

Kulihat istriku di dorong ke ruang operasi, sedangkan aku, beberapa tetangga dan teman teman menunggu di luar. Menurut cerita tetangga yang kerabatnya pernah menjalani operasi usus buntu, waktu yang di perlukan untuk operasi usus buntu nggak sampai 1 jam. Aku menunggu dengan hati yang campur aduk. Setelah lewat 1 jam, istriku tidak juga di bawa keluar, tidak ada kabar dari dokter. hatiku semakin tak terkendali, antara khawatir dan ngeri membayangkan sesuatu yang buruk terjadi. 2 jam berlalu, belum juga ada kabar, dan tidak satupun dokter maupun paramedis yang keluar dari ruangan itu. Semakin tidak tenang saja hatiku saat itu.

Tiba tiba ada seorang dokter dengan langka cepat dan terlihat terburu buru menuju ruangan dimana istriku lagi di tangani. Dokter itupun masuk, kutanyakan pada suster yang ikut mendampingi dokter tersebut, bahwa itu dokter kandungan yang di panggil oleh pihak Rumah Sakit. Ya Allah...ada apa ini? Usus buntunya yang bermasalah, kok ada dokter kandungan pula yang masuk ke ruang tindakan. Sejuta pertanyaan ada di kepalaku saat itu. Tapi belum ku temukan jawabannya. Aku terus berdoa dan berdoa, semoga istriku di dalam sana baik baik saja. 

3 jam berlalu, tanpa ada kabar, 4 jam berlalu, belum juga ada kabar......mendekati 5 jam, istriku di dorong keluar dari ruang tindakan. Ya Allah, selang ada di mana mana, di hidung, di tangan, dan di lain tempat. Aku berlari mendekati, istriku di bawa ke kamar yang sudah di siapkan sebelumnya. Semoga istriku kuat, aku yakin istriku tipe perempuan yang mandiri, kuat dan tidak gampang menyerah. Tidak lama berselang, aku dipanggil dokter. Dokter kandungan dan dokter bedah memberikan penjelasannya. Di samping usus buntu, ternyata ada kista, dan ada kehamilan yang terjadi di luar kandungan, tepatnya di saluran telur, ketiganya, baik itu usus buntu, kista dan kehamilan etopik istilah kedokterannya semua sama-sama pecah dan infeksi. Dalam hati aku menjerit, tapi aku harus tegar mendengar ini semua.

Karena ketiga hal itulah, dilakukanlah pembedahan tengah, ususnya di cuci dan saluran telurnya harus di potong, itu tindakan terbaik yang bisa di lakukan. Istriku memerlukan tambahan darah untuk mengganti pendarahan yang hilang. aku kontak teman teman dan adik istriku. Alhamdulillah darah dengan golongan yang sama di dapatkan. Istriku belum sadar dari obat biusnya. Aku menunggu di sampingnya dengan perasaan bingung bagaimana nantinya menyampaikan kondisi ini ke istriku, kami sama-sama menginginkan hadirnya buah hati, kehamilan istriku sangat kami nantikan. Apalagi ketika dia tersadar, yang dia sampaikan pertama kali adalah bahwa jangan jangan hamil ini. Aku tersenyum kecut, karena aku tahu apa yang terjadi dan kehamilan itu tidak ada dalam waktu dekat ini. dalam hati aku menangis.

Seminggu berlalu, tibalah istriku keluar dari Rumah Sakit, dan menjalani rawat jalan. 24 cairan infus dan 4 ampul darah membuat istriku terlihat sedikit berisi. Tiba saatnya aku harus memberi tahu yang sebenarnya, bahwa saluran telurnya yang sebelah kanan harus di angkat, karena tidak mungkin untuk di perbaiki. Secara medis, perempuan normal itu mempunyai 2 saluran telur untuk bisa di buahi. Jadi masih ada 1 lagi untuk kami bisa mempunyai anak. Ini kondisi yang tidak normal. Tangisan istriku tumpah di pundakku. Kenyataan ini harus kami alami, cobaan yang harus kami jalani di 5 bulan usia pernikahan kami.

Alhamdulillah, sekarang di tahun 2019, kami di karuniai 4 orang anak, 17 tahun, 15 tahun, 13 tahun dan 8 tahun. Kami berikhtiar dengan mendatangi dokter kandungan yang mengoperasi istriku, obat obatan dan vitamin yang di berikan membuat berat badan istriku terus bertambah, tapi itu tidak jadi masalah buatku. Ini karunia terindah yang kami terima, hadirnya 4 anak dengan 1 saluran telur. membuat kami bersyukur dan terus bersyukur. Terlebih istriku, ia seperti di beri kesempatan kedua untuk menikmati dunia ini. Saat kesadarannya waktu itu antara datang dan pergi, ia pasrah, kami pasrah jika waktu itu istriku harus berpulang. tapi Allah begitu sayangnya pada istriku dan pada keluarga kami. 



#ODOPbatch7
#Day11




Rabu, 18 September 2019

Belenggu Kebaikan (bag 3)

bagian tiga

by: Lilis Indrawati


Pertanyaan itu membuncah dalam pikiran Randi, ada ketakutan ia akan patah hati untuk yang kedua kali. Tapi ia menguatkan hatinya, melihat kepatuhan Fatma terhadap kedua orang tuanya, sepertinya gadis itu akan mencintai dirinya, seperti halnya dirinya yang bisa jatuh cinta pada pertemuan pertama. Dalam hati ia berjanji akan berusaha membuat Fatma jatuh cinta pada dirinya. Apapun akan ia lakukan. Demi pujaan hatinya, pujaan hati yang akan jadi pendamping hidupnya sampai nanti menua bersama.

Akan halnya Fatma....dia melihat Randi tidak lebih dari seorang perjaka berumur yang terlambat menikah. Fatma belum menemukan nilai lebih yang dimiliki oleh pria sederhana itu. Kulit sawo matang, mata tajam, perawakan biasa saja, dengan rambut ikal yang nyaris habis. Semua kriteria fisik tersebut belum bisa membuatnya jatuh hati. Namun ada sedikit nuansa dari Randi yang bisa meluluhkan hatinya, pria itu sabar, pengertian, penyayang dan bertanggung jawab. Pelan tapi pasti, sikap itu membuat benteng yang ada di hati Fatma menguat perlahan. Tetapi ia tidak bisa mengabaikan celetukan teman karibnya, celetukan tentang sesosok pria sederhana yang akan menjadi calon suaminya. Terkadang hal itu membuat hatinya ciut, ragu,  tidak terkendali dan tanpa disadari Fatma ingin mundur teratur. Tapi kepatuhannya pada orang tuanya menguatkan kembali, kepatuhan itu yang mengobarkan cintanya perlahan tapi pasti hingga sedikit demi sedikit bisa membara, kebekuan hati Fatma bisa mencair menjadi rasa cinta.

Hatinya luluh dengan sifat Randi yang sabar dan penyayang, menghadapi dirinya yang sedikit manja, gampang merajuk dan gampang sensitif. Dengan sifat-sifat yang dimiliki Randi, Fatma mulai menyukainya. Namun untuk jatuh cinta belum bisa ia lakukan. Kata orang Jawa, wiwiting tresno jalaran soko kulino. Cinta berawal dari kebiasaan sering berinteraksi. Itulah kenyataan yang terjadi pada pasangan Randi dan Fatma.

Kini dua puluh tahun sudah berlalu, masalah perjodohan itu. Randi dan Fatma hidup bahagia dan di karuniai lima orang anak yang beranjak dewasa. Umur mereka sudah tidak muda lagi, namun cinta Fatma pada suaminya melebihi cinta Randi pada dirinya. Separoh hati Fatma menempel di hati Randi, hingga membuat Fatma tidak hanya sekali jatuh cinta pada suaminya, tapi berkali kali. Sifat ngemong pada diri suaminya, sifat mengalah setiap kali ada pertengkaran kecil, membuat Fatma jadi istri yang penurut dan juga patuh pada setiap perkataan suaminya.

Jika mereka mengingat masa-masa dulu, masa-masa awal perjumpaan, ada penyesalan mendalam, kenapa mereka tidak dipertemukan lebih awal, hingga kebahagiaan ini bisa di rasakan lebih lama. Nyatanya cinta itu bisa di pelajari.  Namun inilah rahasia Allah. Jodoh itu misteri Illahi.



#ODOPbatch7
#Day10

Selasa, 17 September 2019

Belenggu Kebaikan (bag 2)

bagian 2

by: Lilis Indrawati



Pertama kali ia datang ke rumah calon istrinya, seorang wanita yang akan direngkuhnya untuk mengarungi samudra kehidupan. Berlayar menyusuri lautan keridhoan dari Yang Maha Kuasa. Menyingkirkan rintangan, badai dan angin di setiap perjalanan. Ia harus yakin dengan apa yang ada di depannya, harus mantap dengan masa depannya bersama gadis bernama Fatma.

Untuk sesaat matanya menyusuri dinding rumah bercat putih bersih, dengan hiasan lukisan anggrek di tengahnya. Rumah ini terlihat sederhana, tapi asri dan terawat. Tidak berapa lama gadis itu keluar, bersama dengan seorang wanita sebaya ibunya. Pastilah itu ibu dari gadis calon pendamping hidupnya. Gadis manis, mengenakan gamis warna senada dengan kerudungnya. Semakin terlihat manis di mata Randi, entah mengapa dadanya berdegup kencang, ia ambil nafas pelan pelan dan menghembuskannya. Apakah ia sedang jatuh cinta? Jatuh cinta pada pandangan pertama? degup jantungnya semakin membuncah, untungnya Randi masih bisa menguasai dirinya. Ia berdoa, semoga proses ta'aruf  ini di mudahkan dan di lancarkan.

Pada akhirnya, kedua belah pihak saling menyetujui bahwa pernikahan akan di langsungkan enam bulan berikutnya, setelah tanggal dilakukannya proses ta'aruf. Baguslah .... rentang waktu enam bulan akan di gunakan oleh calon pengantin ini untuk saling mengenal dan memahami pribadi masing-masing. Tidak banyak kendala yang mereka temui pada rentang waktu sebulan ini. Baik Randi maupun Fatma, sama sama merasa ada kecocokan diantara hubungan mereka, atau sengaja di cocokkan? Entahlah .... tapi buat Randi, semenjak kejadian itu ia selalu merindukan pertemuan selanjutnya bersama Fatma .....

Ada rindu yang menyelinap di sudut hatinya, jika ia membayangkan wajah gadis calon pendamping hidupnya. Ia berusaha untuk mencari alasan agar bisa bertemu atau sekedar say helo lewat whatsApp. Bunga-bunga di hatinya yang telah lama kuncup seperti mulai bermekaran indah tanpa bisa di kendalikan. Sudah begitu lama ia tidak merasakan debar debar seperti saat ini, semenjak ia memutuskan mengosongkan hatinya dari gadis yang menjadi kekasihnya waktu kuliah di Fakultas Ekonomi lima belas tahun silam. Pengalaman kurang menghargai dirinya sebagai pria yang menyandang status pacar, bahkan ia sudah melupakan debaran itu, tapi sekarang  debaran itu datang lagi, debaran yang kurang lebih sama dan lebih indah di rasakan.

Semenjak itulah Randi memutuskan untuk berkarir dan menata masa depannya. Dan saat ini tanpa ia sadari cinta itu masuk ke dalam sanubarinya, tanpa permisi, dan memenuhi rongga-rongga di hatinya, hingga tak ada celah sedikitpun. Setidaknya itulah yang ia rasakan, hari harinya ia jalani dengan semangat yang membara. Tapi bagaimana dengan Fatma? Gadis yang menguasai hatinya, yang ia kenal lewat perjodohan melalui orang tua masing-masing pihak. Akankah gadis itu juga mencintai dirinya?


bersambung ......


                                                                          pixabay.com

#ODOP batch7
#Day9

Senin, 16 September 2019

Belenggu Kebaikan (bag 1)

Bagian Satu

by: Lilis Indrawati


Fatma berjalan menyusuri jalanan yg sepi, hanya satu dua kendaraan yg melewati jalanan itu, karena memang sudah larut malam. Satu dua kendaraan yang lewat, membuat Fatma harus menutup kedua telinganya dengan tangan mungilnya. Suara yg di keluarkan dari motor itu sungguh membuat gendang telinganya sakit. Sesakit hatinya, mendengar perjodohannya dengan lelaki pilihan kedua orang tuanya.

Dari kecil hingga menginjak dua puluh lima tahun usianya kini, ia berusaha menjadi anak yang patuh dan taat pada orang tuanya. Tak sekalipun dia membantah perkataan orang tuanya. Kali inipun dia melakukan hal yang sama, tapi ia tidak bisa mengingkari hati kecilnya. Ada pemberontakan di sana, di sudut hatinya, bergejolak untuk lari dari semua ini. Tapi niatnya berbakti kepada orang tuanya, mengalahkan gejolak di hatinya. Ia ihklaskan gejolak itu pelan pelan berubah menjadi ombak yang landai dan ia bisa tenang mengarunginya. Untuk membahagiakan kedua orang tuanya, dan menunjukkan baktinya sebagai seorang anak satu satunya yang di miliki oleh ayah dan ibunya.

Bukankah hidup ini hanya persinggahan sementara, untuk mengumpulkan bekal menuju alam keabadian nantinya? Walaupun di dalam hatinya dia tidak ingin di jodohkan, dia pingin suami yang benar benar ia cintai dan juga mencintainya. Tapi kenyataan yang harus ia hadapi tak sesuai dengan keinginan dan harapannya. Tapi ia yakin apa yang di pilihkan Allah melalui kedua orang tuanya, itulah yang terbaik buat dirinya. Maka ia jalani semua itu dengan keikhlasan penuh, ia mantapkan hatinya untuk bisa menerima perjodohan ini. Ia tutup pintu dan jendela hatinya untuk bisa di masuki oleh pria lain. Ia selalu berdoa semoga perjodohan ini bisa membuat dia bahagia, keluarganya bahagia dan mendapat ridho dari Allah Yang Maha Kuasa. Sebagai perempuan lebih baik di cintai dari pada mencintai. Itu kata kata yang selalu di sampaikan ibunya setiap kali mereka ngobrol tentang sosok seorang suami.

Adalah Randi, seorang pria mapan yang sudah lama menjomblo. Pria sholeh dan taat beribadah. Karena kesibukannya menata masa depannya, hingga melupakan untuk mencari pendamping hidup. Usinya yang hampir tiga puluh lima tahun, membuat orang tuanya juga sibuk mencarikan pendamping hidup yang pas dengan putra sulungnya. Randi bukan pria tampan layaknya bintang sinetron, juga bukan pria berkulit putih dan berbadan kekar. Penampilan fisiknya biasa biasa saja. Yang luar biasa adalah kesabaran dan sikap penyayangnya. Ketegasannya terlihat dari sorot matanya yang tajam, nada bicaranya sopan, lembut namun bisa membuat lawan bicaranya seolah di hipnotis.

Randi juga tipe laki laki yang taat dan patuh pada kedua orang tuanya. Ia menyadari, kegusaran orang tuanya untuk mengharapkan agar ia segera menentukan pendamping hidup, di sebabkan dia juga masuk kategori pria yang sudah berumur. Sebagai anak sulung, ia mempunya tiga orang adik yang kesemuanya laki laki. Adek adeknya tidak ada yang berani untuk mendahului nikah, jika sang kakak yang sangat mereka sayangi, belum juga melangsungkan pernikahan. Begitulah....Randi setuju saja jika pendamping hidupnya di pilihkan oleh orang tuanya....

Dan hari yang di tentukan itu pun tiba......Randi di pertemukan dengan Fatma, gadis yang di pilihkan atas persetujuan kedua orang tua masing-masing. Mereka berdua sama sama pasrah, ini sudah garis dari Allah, tugasnya sebagai anak adalah berbakti dan sebagai makhluk Allah adalah menjalani garis kehidupan yang di berikanNya.

bersambung........


#ODOPbatch7
#Day8

Minggu, 15 September 2019

Gadis Sosial Media (Basah, Plastik dan Macet)

by: Lilis Indrawati


Andre membayangkan wajah gadis pujaannya, gadis pujaan yang di kenalnya lewat sosial media. Pertemuan dunia maya sudah waktunya di akhiri. Saatnya bertemu di dunia nyata, itulah yang di rindukannya setelah sekian bulan mereka saling menyapa lewat sosial media. Walau sama sama belum pernah ketemu, tapi ada keyakinan bahwa mereka cocok, saling melengkapi. Obrolan lewat sosial media selalu membuat mereka semangat membicarakan masa depan mereka. Mereka sudah bukan remaja lagi, usia yang cukup untuk mengambil keputusan menikah.

Perjalanan ini dekat tapi serasa jauh. Jarak yang hanya beberapa kilometer serasa lama dijalani. Begitu mendengar kabar, gadis itu datang ke kotanya. Entah karena habis hujan apa bagaimana, sepanjang jalan yang dilalui, macet. Andre menghela nafas panjang, lagi lagi bayangan gadis itu lewat di depan matanya. Mata bulat, pipi sedikit tembem, tapi tetap manis. Gadis yang sederhana,dan Andre terpikat dengan gadis itu, yang dia bisa analisa melalu foto foto yang di kirimkan. Andre terpikat oleh kesederhanaan gadis itu. Perjalanan menuju bandara masih padat merayap. Sabar...sabar...ada saatnya rasa manis di peroleh dengan sabar.

Pelan tapi pasti mobil Andre memasuki area parkir bandara, Lalu lintas di bandara satu-satunya di kota ini begitu padat, maklumlah ini akhir pekan.  Sebelum turun Andre mengatur nafas dalam dalam, diambillah botol minum di samping tempat duduknya. Tumbler itu selalu Andre bawa kemana dia pergi. Ada larangan yang diatur oleh Pergub dan Perwali untuk mengurangi dampak penggunaan sampah plastik. Sebagai generasi milenial jaman now yang peduli lingkungan, Andre memulai dari diri sendiri untuk tidak memakai botol kemasan sekali pakai, dia selalu membawa botol minum sendiri.

Andre turun dari mobil dan berjalan dengan langkah agak cepat. Kemacetan di jalan tadi telah membuat dia harus sedikit terlambat nyampe di pintu kedatangan. Sesampai di sana dia tidak temukan gadis seperti yang ada di foto yang dia kantongi di sakunya. Matanya tampak serius menyorot pandangan seluruh area tunggu, tidak juga dia temukan. Ada pandangan yang mengusiknya, seorang gadis mungil berkaca mata dengan lesung pipit yang indah  sibuk membantu ibu muda yang kerepotan dengan bagasinya sembari menggendong balita. Dia lihat baju gadis itu basah oleh tumpahan susu anak ibu muda tersebut. Namun gadis itu tak menghiraukan apa yang terjadi dengan bajunya, Gadis itu tetap berusaha untuk menolong membawakan koper dan beberapa tas si ibu tadi. Andre jadi tergerak hatinya untuk ikut membantu, mata mereka beradu pandang dan entah mengapa jantung Andre berdegup sangat kencang, sekencang laju pesawat terbang.

Andre merasakan seolah dia sudah mengenal gadis itu sebelumnya. Dengan senyum manis yang berhias lesung pipit indahnya, gadis itu mengulurkan tangan, dengan ragu Andre menyambutnya. Hai... kamu Andre kan? makjleb... seterkenal itukah Andre, hingga gadis itupun mengenalnya? Aku Tania....maaf, sudah membuatmu terkejut, itu fotoku di dunia maya sebelum diedit, inilah aku di dunia nyata... tolong maafkan. Dengan mata indahnya di balik kaca mata yang dikenakan, terlihat tambah manis. Rambut panjangnya yang di kuncir membuat kecantikannya terlihat begitu menawan.

Ya Allah karunia terindah yang kau berikan tak cukup hanya kunikmati, harus kusyukuri. Ternyata dengan keikhlasanku menerima gadis tembem bermata bulat berbalas dengan gadis sempurna,  gadis ayu, mata sipit, kulit kuning langsat, dengan style rambut panjang yang selalu di kuncir dan berhati mulia. benar benar kecantikan yang sempurna, luar dalam, sesempurna gadis itu menerima Andre yang apa adanya.



                                Photo: ANTARA Foto/Nyoman Hendra Wibowo
                            

Sabtu, 14 September 2019

Menemukanmu Tak Semudah Meninggalkanmu

by: Lilis Indrawati

Evan menyadari kesalahannya di masa lalu, setelah dia mendapatkan arti pelajaran hidup, sesudah dia mendapatkan karir yang diinginkan orang tuanya. Akan tetapi masa lalu itu sudah jauh dia tinggalkan, jauh berada di belakangnya. Mampukah Evan menjalani masa depannya? Ingin dia kembali ke masa itu, mencari belahan hatinya yang dulu ditinggalkan demi karir masa depannya. Adalah sosok gadis dengan rona mata lembut, rona mata yang mampu membakar hatinya hingga luluh lantak menjadi serpihan rindu. Namun orang tuanya berkehendak dan menginginkan hal lain pada diri Evan. 

Meninggalkan gadis sederhana bernama Fiona, di kala cinta gadis itu sedang mekar-mekarnya. Evan memilih untuk mengejar karir untuk membahagiakan orang tua dengan mengabaikan hati dan cintanya. Evan sangat berharap kelak bisa kembali merajut kisah kasih dengan gadis pujaan hatinya. Tak ada waktu dan tak sempat untuk berpamitan kala itu, saking taatnya pada orang tuanya, hingga Evan segera meninggalkan desa dimana dia bisa dan biasa menatap rona mata lembut Fiona.

Fiona gadis desa yang lugu dan cantik, kembang desa kala itu. Rambut hitam terurai sebahu dan bola mata yang sayu, dengan bibir yang selalu menyunggingkan senyum ramah pada setiap orang yang dijumpainya, wajarlah bila Fiona menjadi idaman setiap orang tua untuk dijadikan menantu. Tapi hati Fiona sudah kadung tertambat sama sosok Evan, pria kota yang menjalani KKN di desanya, desa dimana Fiona lahir dan dibesarkan.

Waktu terus berjalan hingga tiba saatnya Fiona ingin menggapai dan mewujudkan kisah masa lalu itu. dimana dia tidak bisa menemukan sosok pujaan hatinya, mata indahnya mencari ke setiap sudut jalanan, tidak juga dia temukan pria itu. Penantian demi penantian dia lewati, hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Yaa... Fiona tak sempat mendapat kabar apapun tentang Evan, bahkan sedetik atau satu kata tentang Evan, dia tak kuasa mendapatkan. Dalam hatinya masih berharap... Ya Allah temukan dia, datangkan dia untukku, hadirkan dia dalam dekapanku. Delapan tahun berlalu, perlahan-lahan sosok Evan di hati Fiona pun mulai memudar , samar dan lambat laun menghilang. Yang tertinggal di hatinya hanyalah sebuah nama yang pernah mengisi relung hatinya, menghiasi hari-harinya menjadi berwarna warni dan membuat detak jantung berdebar di dadanya.

Sekarang, Evan sudah menjadi pria yang sukses berkarir sesuai keinginan orang tuanya. Evan ingin kembali menemukan pujaan hatinya, melamarnya, menjadikannya istri, ibu dari anak-anaknya kelak. Kenyataan yang dia temui tak sesuai harapannya. Masa lalu itu sudah tak bisa diwujudkan dengan kesungguhan hatinya, tidak dapat diraih dengan lengan tangan kokohnya. Pahit memang, kemana harus dia temukan sosok dan hati seperti gadis yang pernah didambakan? Gadis yang selalu dia mimpikan, yang selalu dia jadikan motivasi untuk segera menyelesaikan studi dan kesuksesan karirnya? Kenapa juga dia harus mempunyai atasan seperti Adi? Beruntungnya dia, memiliki pendamping hidup yang sama persis bahkan tiada beda dengan gadis masa lalunya? Gadis dengan rambut hitam terurai sebahu dan bola mata yang sayu, dengan bibir yang selalu menyunggingkan senyum ramah pada setiap orang yang dia temui. Sama persis layaknya pinang dibelah dua.

Rasa Syok membuat hati Evan membeku, dan yang bisa dilakukannya hanyalah menatap gadis itu, sembari angannya kembali  mengenang masa lalu. Seberkas rambut hitam jatuh dari topinya, sedikit menghalangi pandangannya. Dan gadis itu masih tetap dengan bola mata yang sayu, dengan rambut hitam yang terurai sebahu. Delapan tahun tak mengubah penampilan gadis itu, hanya gores alami menandakan bertambahnya usia. Ketika Evan memandangnya, mulut gadis pujaannya itu tertarik membentuk senyuman kecil. Senyum yang sama dengan senyuman delapan tahun silam.



#ODOPbatch7
#Day6 (14 September 2019)

Jumat, 13 September 2019

Kasih Tak Berbalas

by: Lilis Indrawati

Siska pergi dengan meninggalkan rasa rindu dan rasa cinta yang terpendam. Rasa yang tak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata. Rasa yang hanya bisa dia sampaikan lewat perbuatan. Hanya bening bola matanya yang menunjukkan rasa itu. Siska pergi dengan membawa luka hati, luka pada kehidupan yg tidak berpihak padanya, luka pada jodoh yang tak kunjung ia temui sesuai hatinya,  luka pada perasaan yang membuat hatinya pecah, tidak hanya jadi dua, bahkan remuk redam. Entah sampai kapan bisa disatukan utuh lagi. Sepertinya tidak ada lagi  pria seperti itu di jaman ini. Luka hatinya begitu dalam, dalam sekali, hingga tak ada yg bisa masuk ke relung hati sekalipun. Kekasih hatinya menikahi perempuan lain, perempuan yang sangat dikenalnya. Perempuan itu temannya sendiri, teman masa kuliah. Dialah Yusuf yang memilih menjadikan Aisyah pendamping hidupnya, dan bukan dirinya.

Siska tidak menyalahkan sahabatnya, teman di kampusnya. Aisyah tidak paham apapun tentang cerita hidup Siska, tidak mengerti kisah asmara yang terpendam dalam hati Siska, karena Siska juga tidak pernah bisa bercerita untuk mengungkapkan isi hatinya, kisah asmaranya yang terpendam pada Aisyah sahabatnya.  Lidahnya terasa kelu manakala harus bercerita, kaku bibirnya harus memulai dari mana. Lantas adilkah jika sahabatnya itu  dipersalahkan dalam urusan asmaranya? Aisyah  gadis lugu dan polos, gadis ramah yang jelita.

Selama ini jika bertemu dengan Aisyah, dialah yang banyak bercerita tentang dirinya, bercerita tentang .kisah hidupnya. Hingga ada beberapa pemuda yang ingin menjadikan dirinya pasangan hidup. Aisyah bingung harus memilih yang mana. Semuanya memenuhi kriteria kak, ceritanya waktu itu. Dia diskripsikan satu per satu laki-laki tersebut tanpa menyebutkan namanya. Bagus juga sih  tujuannya, biar lelaki yang tidak dipilihnya tidak merasa malu jikalau Siska mengenalnya. Sama sekali tidak ada pikiran ada nama Yusuf dalam rangkaian cerita Aisyah. 



Hingga suatu malam, Yusuf datang ke rumah Siska dengan memperkenalkan Aisyah sebagai calon istrinya. Mereka menyerahkan undangan pernikahan. Tanpa melalui proses perkenalan yang panjang, mereka berdua saling cocok dan memutuskan memulai hidup sebagai sepasang suami istri, remuk redam rasanya, seolah dunia gelap gulita di tengah cahaya listrik yang terang benderang. Tak kalah kaget dengan keluarga Siska yang lain, ayah ibunya, kakak adiknya. Meraka selama ini sudah menganggap Yusuf sebagi calon menantunya, kakak dan adiknya sudah menganggap Yusuf sebagai saudara iparnya. Walaupun diantara Siska dan Yusuf sendiri tidak ada komitmen bahwa mereka sepasang kekasih. Keluarga mereka merasa dengan kebaikan yang dimiliki Yusuf, sifat tolong menolongnya pada keluarga tersebut, tempat mereka mengungkapkan masalah-masalah kecil dan besar, itu cukup membuat Yusuf mengerti dan faham bahwa mereka menunggu lamaran itu datang pada keluarga ini, lamaran untuk Siska, tapi ternyata tidak itu tidak terwujud, malah undangan pernikahanlah yang datang.

Yusuf adalah sosok pria yang baik, tindak tanduknya santun, tak banyak tingkah namun bicaranya tegas. Yusuf sosok pria yang bertanggung jawab. Karena faktor inilah yang membuat Siska jatuh hati, namun sebagai perempuan dia tidak berani mengungkapkan. Siska merasa jika segala sesuatu urusan hidupnya, dia sampaikan ke Yusuf dan Yusuf bersedia membersamai, Siska merasa itu sudah cukup menunjukkan bahwa ada "balutan rasa" cinta di hatinya buat Yusuf, walau sebenarnya tidak ada ikrar atau komitmen diantara mereka berdua. Siska menganggap bahwa cinta tak harus diungkapkan dengan kata-kata, namun tidak begitu bagi Yusuf, bahwa sikap baiknya ini tidak lebih pada hubungan antar tetangga, antar manusia yang sudah sepatutnya untuk saling tolong menolong baik dalam suka maupun duka. Begitu baiknya Yusuf hingga dia tidak mengungkapkan kepada Siska dan keluarganya bahwa ada wanita lain yang mengisi sudut hatinya, mengisi ruang hampa asmara dengan penuh cinta kasih. 

Terlalu berlebihan jika menganggapnya sebagai kekasih hati, Yusuf terlalu baik, hingga tak ingin menyakitinya, tak ingin menyampaikan penolakannya, tapi dia tak mau mengingkari hatinya, bahwa Yusuf tidak mencintai Siska sebagai kekasih, dia hanya menyanyangi Siska dan keluarganya sebagai kerabat jauh yang tidak ada hubungan darah, kerabat se kota yang harus meluangkan waktu dan tenaga untuk tolong menolong. Tidak lebih dari itu.

Kini dua puluh dua tahun berlalu, usianya sudah tidak muda lagi, Siska tak kunjung mengakhiri masa lajangnya, masa kesendiriannya. Dadanya tetap bergetar jika mendengar kabar tentang Yusuf. Rasa cintanya dipelihara baik-baik. Siska tidak bahagia setiap mendengar kabar tentang Yusuf dan keluarga kecilnya, dan tidak mau pura-pura bahagia. Rasa itu disimpan begitu dalam, Siska menenggelamkan diri pada pekerjaannya, hingga  tertutup hatinya untuk bisa menerima pria lain selain Yusuf. Cinta Yusuf telah bertahta di hatinya. Siska masih berharap bisa menjadi pendamping hidup Yusuf. Tapi mungkinkah? Siska merasa bahwa hatinya terborgol oleh pria itu, dan hanya Yusuf yang pegang kunci borgol di hati Siska. 






#ODOPbatch7
#Day5 (13 September 2019)

Kamis, 12 September 2019

Hobby

HOBI

by: Lilis Indrawati





Setiap orang mempunyai hobi masing-masing. Hobi itu adalah menunjukkan kesenangan pribadi. Hobi tidak bisa dipaksakan karena setiap individu beragam kesenangannya.  Dengan menjalankan hobi hati kita menjadi nyaman, senang dan bisa membawa rasa bahagia. Hobi itu suatu hal yang di gemari atau kesenangan istimewa yang dilakukan ketika memiliki waktu senggang. Hobi bukan merupakan aktivitas/pekerjaan utama.

Menurut Wikipedia, hobi sendiri artinya kegiatan rekreasi yang di lakukan pada waktu luang untuk menenangkan pikiran seseorang. Kata Hobi merupakam sebuah kata serapan dari bahasa Inggris hobby. Tujuan hobi adalah untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan.

Menjalankan hobi ternyata mampu menstimulus otak kita agar tetap berkembang. Terkadang otak kita jenuh dengan rutinitas harian, maka dengan kita menjalankan hobi maka akan terjadi penyegaran kembali dan itu  berpengaruh pada kinerja otak. Berbagai macam cara orang menikmati hobi, ada yang dengan jalan-jalan, rekreasi keluar kota, ada yg memelihara binatang piaraan tertentu, merawat tanaman,  olah raga, memasak, tidur,  membaca buku, menonton film, bahkan ada yg hobi makan.. hayo siapa yang hobi makan.

Menikmati diskusi di salah satu stasiun TV juga merupakan hobi yang di lakukan orang terdekat saya. Bisa berjam-jam, dan bisa rela mengikhlaskan waktu istirahatnya demi hobinya itu. Apapun hobi yg dilakukam sepanjang bernilai positif tidaklah masalah. Malah ada sebagian hobi yang jika ditekuni dengan sepenuh hati bisa menunjang karir. Ini jika bertemu dengan komunitas yang bisa mendukung hobi seseorang. Hobi memasak misalnya, jika ditekuni dan masakannya jodoh dengan lidah pembelinya bisa dijadikan sebagai peluang usaha kuliner. Bahkan ada teman saya yang hobi memasak dan sering ditampilkan di medsos, ketemu penikmat masakannya dan sekarang bisa menjadikan dia sebagai ahli masak dari rumah yang membuat dompetnya tebal, bahkan sering diundang untuk menjadi juri di berbagai ajang lomba memasak.

Ada lagi tetangga saya yang hobi memelihara binatang, kucing. Berawal dari hobi maka dia lakukan dengan sepenuh hati, karena dengan itu dia mendapakan kebahagiaan dan kesenangan. akhirnya kucingnya beranak pinak.  Pada akhirnya teman saya ini aktif di komunitas pecinta kucing.  Dia mendapatkan teman yang mempunyai hobi sama, bertambahlah teman rasa saudara dalam kehidupan dia.  
  
Saya sendiri mempunyai kegemaran merawat tanaman, baik itu tanaman yang bisa menghasilkan buah maupun tanaman yang daunnya ijo-ijo, bisa tanpa bunga maupun berbunga. Jika saya merasakan kejenuhan, saya mendekati tanaman-tanaman yang ada di halaman rumah. Ternyata tidak hanya manusia yang perlu disentuh, dirawat, diajak berkomunikasi. Tanaman juga membutuhkan penanganan yang kurang lebih sama.  Bagi saya mempunyai tanaman bukan sekedar membeli tanaman yang sudah jadi, ditanam, disirami.... selesai. Tapi lebih dari itu mempunyai tanaman perlu dirawat, disayang, diajak berkomunikasi ibaratnya sama seperti merawat anak sendiri. Saya menikmati banget menanam suatu tanaman dari mulai bibit hingga ditunggu-tunggu sang tunas akan menyembul dari balik tanah yang ada di pot tanaman. Menghitung munculnya dedaunan baru. sungguh di sanalah saya merasakan kepuasan yang luar biasa, merasakan puas banget.

Beragam cara orang menikmati dunianya menggapai bahagia, dan ternyata hobi yang dimiliki seseorang juga dapat menunjukkan kepribadian yang bersangkutan lho. Misalnya menurut saya dari berbagai referensi. orang yang hobi olahraga bisa jadi menunjukkan sifat orang yang disiplin dan selalu berorientasi pada target. Sementara orang yang hobi memasak, oleh karena memasak membutuhkan proses yang panjang maka diperlukan kesabaran dari orang yang hobi di bidang ini. Ini artinya bahwa orang yang hobi memasak biasanya wise dalam mengambil keputusan dan terlatih kesabarannya. Ada lagi seseorang yang hobi atau gemar  membaca, bisa jadi orang yang hobi ini memiliki sifat kritis dan mempunyai analisa yang luar biasa. Menurut pandangan pribadi saya juga, seseorang yang memiliki hobi bercocok tanam, bisa jadi orang ini punya kebiasaan dan pemikiran yang rasional.

Jika ada yang punya hobi seperti yang saya sebutkan di atas, coba dicocokkan dengan kepribadian yang anda miliki. Benar tidaknya andalah sepenuhnya yang lebih tahu. Sementara saya berpandangan dengan memandang tanaman hijau bisa membuat seseorang merasa tenang dan bahagia, itu baru memandang. Apalagi jika menjadikannya sebagai hobi, bukankah menanam dan memelihara tanaman terlihat menyenangkan bukan? boleh dicoba dan sangat saya rekomendasikan.


#ODOPbatch7
#Day4 (12 September 2019)


Rabu, 11 September 2019




IRT ZAMAN NOW…..........

by Lilis Indrawati


Siapapun pasti tahu dan mengenal siapa itu” ibu rumah tangga”. Siapa yang tidak kenal dengan sosok ini, sosok ibu rumah tangga. Sesuai namanya Ibu Rumah Tangga adalah seorang istri, seorang ibu, seorang wanita yang bekerja menjalankan atau mengelola rumah keluarganya, bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya, memasak dan menghidangkan makanan, membeli barang-barang kebutuhan keluarga sehari-hari, membersihkan dan memelihara rumah, menyiapkan dan menjahit pakaian untuk keluarga, dan lain sebagainya pokoknya Super Mom. Wouw... ternyata begitu banyak job sebagai seorang ibu rumah tangga.

Adakah perbedaan ibu rumah tangga zaman sekarang dan zaman dulu?  Ada pastinya. Ibu rumah tangga zaman dulu rata-rata bisa mengerjakan semua pekerjaan yang begitu banyak. Mungkin juga karena faktor keadaan ya, sehingga mau tidak mau, suka tidak suka harus dikerjakan. Semua pekerjaan rumah tangga dikerjakan secara manual karena belum ada teknologi penunjang. Zaman dulu para perempuan yang menjadi ibu rumah tangga tidak mempunyai pilihan selain di rumah mengurus keperluan rumah tangga, menjaga dan merawat anak-anak, menyediakan makanan sehat untuk suami dan anak-anak, sehingga keahlian yang dimiliki merupakan keahlian yang alami

Kebanyakan ibu zaman dulu tidak perlu antar jemput anak ke sekolah, karena apa? Karena jarak dari rumah ke sekolah dekat. Kalo istilah sekarang sekolah sesuai zonasi.  Tidak perlu mengantar anak ke tempat ngaji, karena anak bisa berangkat sendiri baik dengan jalan kaki, sepeda ontel maupun sepeda motor. Kalaupun harus antar jemput juga jaraknya tidak terlalu jauh, masih terjangkau waktu dan jaraknya. Dan zaman dulu juga tidak banyak les ini dan les itu. Mereka juga rajin memasak buat anggota keluarga, ini karena catering juga belum menjamur seperti saat ini dan belum ada go food alias layanan pesan antar. Mencuci pakaian juga dilakukan sendiri, karena belum ada jasa laundry yang menjamur hampir di setiap ratus meter tersedia.

Terus bagaimana dengan ibu rumah tangga zaman sekarang.. zaman now?
Saya masuk kategori ibu rumah tangga yang jarang di rumah. Semua urusan anak menjadi prioritas saya. Itu komitmen kami, komitmen saya dan suami ketika saya memutuskan untuk resign dari rutinitas kerja kantoran. Bahkan memasak saya lakukan hanya ketika benar-benar bosan dengan makanan di luar. Banyak pertimbangan untuk ini, disamping saya gak pinter memasak (ehm...saya lebih suka makan dari pada masak, lebih suka ngumpulin buku resep dari pada eksekusi), suami juga jarang untuk makan di rumah. Jadi, seandainya memasakpun, itu lebih banyak mubadzirnya, karena tidak ada yang menghabiskan. Kami lebih suka masak di dapur teman, istilahnya makan atau bungkus di warung teman. urusan perut kita serahkan pada ahli masak memasak, urusan rumah kami serahkan pada asisten. Urusan anak sudah pasti kami urus sendiri dengan sepenuh hati. 

Anak-anak zaman sekarang pulang sekolah biasanya ada tambahan eskul di sekolah, ada mengaji di  TPQ , dan ada les penunjang, tentu saja ini atas kemauan dan kesepakatan antara anak dan kami sebagai orang tuanya. Berhubung jarak rumah dan sekolah yang lumayan jauh, perlu pengantaran dan penjemputan, juga ada faktor macet-macetlah di jalan raya, belum wira-wirinya, jadi ibu rumah tangga jaman sekarang lebih memilih untuk sekali antar semua kebutuhan anak dibawa semua (ini tergantung bawaan), ada tas buat baju ganti, tas sekolah, tas les dan tas ngaji . Kebanyakan lebih memilih untuk rehat di tempat les maupun di tempat ngaji atau yang dekat-dekatlah.

Perbedaan ibu rumah tangga zaman dulu dan zaman sekarang,   disebabkan mungkin pada  “pilihan hidup” masing-masing. Mau jadi ibu rumah tangga yang full time mother, silahkan.... toh masing-masing memiliki konsekuensi dan kepuasan tersendiri. Kebahagiaan masing-masing peranan di tentukan dan di raih oleh pribadi yang bersangkutan. Mau jadi ibu rumah tangga yang seperti saya.?.... boleh boleh saja, toh tidak ada yang dirugikan. Apapun keadaan yang kita lalui, jalani, nikmati dan syukuri..... 

Ada alasan kuat di balik masing-masing pilihan, terbaik buat kita belum tentu terbaik buat yang lain, begitu juga sebaliknya. Kita sama-sama angkat topi buat ibu rumah tangga di jaman dulu maupun di jaman sekarang. di jaman dulu, bagaimana kuatnya mereka mengurus rumah tangga pada jamannya. Dannn......untuk menjadi ibu rumah tangga jaman now, juga tidaklah mudah, terutama tantangan dalam menddik anak dimana dunia digital ada di genggaman. Ibu adalah sekolah pertama tempat seorang anak belajar. Pandai-pandailah dan bijaklah menempatkan diri sebagai ibu rumah tangga. Pingin anaknya pintar? ibunya juga harus pintar.. taglinenya Smart Mom for Smart Kids

Jadi ..... kira kira mau jadi ibu rumah tangga yang seperti apa?  Pilihan ada di tangan anda.






#ODOPbatch7
#Day3 (11 September 2019)



Senin, 09 September 2019

ARISAN

ARISAN

by Lilis Indrawati

Arisan Arisan....ya arisan, dimanapun sering kita jumpai hal ini, di pedesaan, di perkotaan,di perkantoran, di komunitas pedagang, komunitas ibu ibu, komunitas wali murid, komunitas RT, RW, pengajian dan lain sebagainya. Bahkan sejak zaman orang tua kita dulu, arisan sudah ada....bisa di bilang ini adalah tradisi di Indonesia. Banggalah sebagai orang Indonesia 🤣

Tujuan di adakannya arisan adalah menabung, selain untuk menjalin dan membangun silaturrahmi. Dengan arisan, kita akan mendapatkan waktu untuk bertemu dan ngobrol dengan anggota serta mendapatkan cerita serta obrolan yang baru. Intinya arisan itu untuk menjaga kestabilan hubungan sosial.

Obrolan apa yg kita dapatkan? Bisa negatif bisa juga posiitif, tergantung bagaimana kita menerima dan bagaimana kita menanggapinya. Di perlukan kebijakan dari diri kita untuk bisa mengelola obrolan dan cerita yg kita dapat itu untuk tidak menjadi bencana....ingat syetan ada di mana mana dan tidak pernah capek apalagi bosan untuk menggoda kita. Dan itu tidak hanya ada di arisan, dalam segala lini kehidupan kita.

Tentunya banyak juga dampak positif disamping dampak negatif dari arisan yg agenda utamanya adalah menabung, bagi saya dampak positif adalah ketika nama saya keluar di balik gulungan kertas kecil, dg hati yg berdebar debar dan penuh pengharapan. Ketika nama itu keluar.....wah...rasanya bahagiaaa banget....hayoo, kira kira siapa yg tidak seperti saya??

Jadi apapun komunitas yg kita ada di dalamnya, baik buruk dampaknya semua tergantung pribadi masing masing. Selama kita bisa menjaga diri kita baik lisan maupun perbuatan dan tetap saling menghormati terhadap sesama anggota, bukannya tidak mungkin jika komunitas arisan bisa menjadikan ladang usaha, ladang ilmu, dan ladang amal bagi anggotanya. Wallahu a'lam bishowab

Oya.....siapa yang hari ini dapat arisan, jangan lupa kabari saya ya 😆😆

DILARANG MISKIN

Karya Masrur Makmur, M.Pd. I & Moeslih Rosyid, SH, MM Tebal Buku 230 halaman Miskin kok di larang? Sebagaimana sebuah produk, apa...