Jumat, 20 September 2019

Menjadi seorang Pemimpi

by: Lilis Indrawati


Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin di lakukan oleh manusia (Seno Gumira Ajidarma)

Menjadi penulis profesional adalah salah satu mimpiku. Mimpi-mimpi yang lain tentunya banyak, tak perlu aku ungkapkan di sini. Biarlah itu menjadi bagian dari hidupku, jadi resolusiku. Bermimpilah terus, hingga salah satu dari mimpiku itu bisa terwujud, entah kapanpun. Namun mimpi tanpa usaha itu tidaklah mungkin. Kalo tidak maksain dan melatih diri untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu, maka juga tidak akan terwujud. Maka usahaku adalah berusaha untuk istiqomah menulis setiap hari, setiap saat, entah tulisan tulisanku itu akan menemui dan di temui pembacanya ataukah tidak .... yang penting nulis. Aku yakin dengan rutin menulis, kelak tulisanku akan enak di baca. InsyaAllah

Ada banyak hal yang bisa ku temukan dengan menulis, entah perasaan bahagia, sedih, marah, malas, sebel, geregetan, semua bisa aku tuangkan ke dalam tulisanku, entah itu dalam bentuk cerita fiksi, non fiksi maupun puisi. Dalam menulis, semua ide ide yang ada di kepala menjadi berkembang dan bisa menjadi tulisan, masalah tulisan itu enak di baca atau tidak, itu semua butuh proses.

Untuk menjadi penulis, yang di butuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktekannya, orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis namun tidak pernah melakuknnya maka ia sama saja dengan bermimpi untuk memiliki mobil, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk memilikinya. (Stephen King)

Dalam menulis, aku lebih senang dan lebih nyaman menulis cerita fiksi. Dengan fiksi imajinasiku bisa liar kemanapun berkelana, tanpa ada tembok tebal yang menjadi penghalang. Fiksi membawaku ke arah yang aku mau, aku bisa berputar putar di romantisme, aku terbang tinggi ke cerita masa depan, balik arah ke masa lalu dan bisa bertengger di masa sekarang. Bersama fiksi aku bisa menjadikan tokoh dalam tulisanku menjadi pribadi dan berkarakter seperti yang aku mau dan aku kehendaki. 

Imajinasi lebih penting dari pada pengetahuan. Pengetahuan itu terbatas, sementara imajinasi melingkupi dunia (Albert Einstein)

Ide menulis fiksi bisa aku dapat dari mana saja, dan ku tuangkan dalam sebuah cerita yang aku kembangkan melalui imajinasiku. Aku tidak peduli jika orang-orang yang membaca ceritaku mempunyai pikiran bahwa ini cerita yang di alami penulisnya. Aku lebih menyukai cerita yang berakhir bahagia dari pada yang berakhir menyedihkan. Itulah nyamannya menulis cerita fiksi. Akhir cerita bisa ku buat sesuai keinginanku, tentunya dengan alur yang ku buat dengan semenarik mungkin.

Namun, dengan berbagai alasan di atas, yang paling penting adalah aku bisa menyalurkan hobiku, hobi menulis. Hobi yang sejak masa SMA aku lakukan, namun terhenti sekian tahun, dan baru bisa memulainya lagi saat ini, saat ada pendaftaran ODOPbatch 7. ODOP memberiku kesempatan menulis yang sudah lama macet karena tidak ada tantangan dan tidak ada paksaan. Di paksa menulis merupakan bentuk latihan kedisplinan untuk membuat tinta cerita yang ada di kepala menjadi encer lagi. Dengan di paksa, mau tidak mau harus mau, agar bisa menyelesaikan tantangan 60 hari menulis.

Dan jika mimpiku terwujud aku ingin menjadikan tulisan-tulisanku bisa  memotivasi orang lain untuk menjadi perempuan yang berkemajuan. Menjadi perempuan yang bisa menghasilkan karya dan akan di kenang oleh anak cucu sebaagai warisan, ya warisan tulisan yang menginspirasi. Semua itu butuh proses.

Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah (Pramoedya Ananta Toer)


#ODOPbatch7
#Day12
#Tantangan Pekan Kedua


6 komentar:

  1. semoga setiap tulisan dan karyanya bisa bernilai amal jariyah jangka panjang kak, aamiin :)

    BalasHapus
  2. semoga mimpinya menjadi nyata dan bermanfaat :)

    semangat selalu dan terus belajar
    salam kenal dari Kairo,
    mampir-mampir ke blog saya dan jangan lupa follow ya hehehe

    BalasHapus
  3. aamiin .... buat semuanya matur tengkiyu komen nya

    BalasHapus

DILARANG MISKIN

Karya Masrur Makmur, M.Pd. I & Moeslih Rosyid, SH, MM Tebal Buku 230 halaman Miskin kok di larang? Sebagaimana sebuah produk, apa...