Kamis, 26 September 2019

Ini Ceritaku

by: Lilis Indrawati



Alunan merdu suara Kang Ebiet G. Ade, mengiringi perjalananku pagi ini. Tujuanku adalah kota Gudeg Yogyakarta. Hmmm Empat Puluh Lima hari yang lalu, terakhir kalinya aku menginjakkan kakiku di sini, serasa lamaaa sekali. Dan perjalanan saat ini pun sama dengan perjalanan yang sudah-sudah, hatiku selalu berbunga bunga setiap menuju Yogyakarta. Kota yang indah dan bikin nagih bagi siapapun untuk datang kembali. Seperti yang dikatakan oleh Joko Pinurbo, penyair terkemuka Indonesia "Yogyakarta terbuat dari rindu, pulang dan angkringan"

Perjalanan ini lebih cepat dari sebelumnya, bayangan kedua anakku yang lagi menuntut ilmu di kota ini, silih berganti berkelebat di depan mataku. Tanpa terasa bibirku ketarik ke kanan dan ke kiri. Sebentar lagi aku akan bertemu dengan mereka. Inilah saat saat yang sangat kami nantikan. Bukan hanya aku yang menghitung hari untuk bertemu dengan mereka, tapi mereka juga menghitung mundur kapan orang tuanya akan datang menjenguknya

Keluar dari bandara sebelum menuju tempat mereka, perutku berbunyi tiada bisa di bendung lagi. Ku sempatkan mampir di sebuah warung makan tidak jauh dari bandara, aku harus sehat pikirku, jangan sampai kelihatan kurang sehat apalagi tidak sehat. Walau semalam nyaris tidak tidur, entahlah .... aku tidak mengantuk di pagi ini. Ketakutanku ketinggalan pesawat mengganggu tidur malamku. Sengaja aku cari penerbangan awal biar aku bisa tiba di Yogya tidak terlalu siang.

Warung makan sederhana tapi bersih menurutku. Ada beberapa orang duduk di bagian tengah warung ini yang lagi menikmati hidangan. Akhirnya ku pesen nasi pecel lengkap dengan peyeknya, di tambah segelas teh hangat tanpa gula. Tidak lama berselang makanan yang ku pesan segera terhidang di depanku. Aku segera melahapnya, tadi pagi sebelum berangkat, aku tidak sempat memasukkan apapun untuk mengisi perut ini. Makanya begitu ada kesempatan untuk menikmati hidangan sederhana khas Indonesia, tidak akan kusia-siakan. Tidak sampai satu jam, piringku sudah bersih, isinya sudah berpindah ke tempat yang lebih aman. 😅 Puji syukur kepada Allah, masih diberikan kenikmatan ini.

Akhirnya kulanjukan perjalananku menuju ke arah tujuanku, anak perempuanku yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Perjalanan relatif lancar karena pagi sudah lewat, dan siang belum menghampiri. Langit cerah cenderung panas membuat badanku berkeringat, sudah kubayangkan pertemuan dengan si gadis remaja ini. Sesampai di tujuan, kulihat sudah banyak para wali santri yang sudah membentuk perkumpulan-perkumpulan kecil di pendopo. Aku bergegas mengisi form ijin perpulangan kecil, yaitu perpulangan hanya satu malam dan itupun adanya tiga bulan sekali. Ku kembalikan form itu kepada petugas dan kuhampiri para wali santri yang ngobrol di pendopo.

Ini tahun kedua anakku menimba ilmu di sini, selama kurun waktu yang belum ada dua tahun, ku ketahui bahwa santri yang ada di sekolah ini tidak hanya berasal dari warga sekitaran Yogya saja, tapi berasal dari propinsi seluruh Indonesia. Ada yang dari Papua, Palu, Sumatra, Tangerang, Bali, Jatim, Jateng dan lain sebagainya yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Benar kata temanku, bahwa punya anak yang tinggal di pesantren itu temannya se-Indonesia. Bahkan silaturahmi antar orang tuapun terjalin dengan sangat bagus.

Saatnya pertemuan dengan sang putri tercinta, seperti yang sudah-sudah begitu ketemu, kami saling berpelukan dan keluarlah tangisan seperti sebelumnya, Tangisan haru dan bahagia menjadi pemandangan yang unik di sekolah ini. Begitu banyak yang ingin di ceritakan kepada kami orang tuanya, suka dukanya mereka ketika tinggal berjauhan dengan keluarga. Ini namanya Quality Time. Mari nak kita melipir ke tempat yang nyaman untuk mencurahkan segala isi hati, baik itu cerita bahagia dan cerita sebaliknya. Mama menyiapkan telinga untuk mendengarkan semua isi hatimu yang keluar dari bibir mungil itu. Yang kau inginkan bukan jalan-jalan menyusuri indahnya wisata kota ini, bisa lain waktu kita susuri. Saat ini yang kamu butuhkan adalah untuk di dengarkan, dan mama siap. Eits tapi sebelum masuk ke tempat yang nyaman untuk bercerita, kita hampiri dulu kangmas mu, anak keduaku yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, dan masih berada di kota Yogya juga.





#ODOPbatch7
#Day18





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DILARANG MISKIN

Karya Masrur Makmur, M.Pd. I & Moeslih Rosyid, SH, MM Tebal Buku 230 halaman Miskin kok di larang? Sebagaimana sebuah produk, apa...