Evan menyadari kesalahannya di masa lalu, setelah dia mendapatkan arti pelajaran hidup, sesudah dia mendapatkan karir yang diinginkan orang tuanya. Akan tetapi masa lalu itu sudah jauh dia tinggalkan, jauh berada di belakangnya. Mampukah Evan menjalani masa depannya? Ingin dia kembali ke masa itu, mencari belahan hatinya yang dulu ditinggalkan demi karir masa depannya. Adalah sosok gadis dengan rona mata lembut, rona mata yang mampu membakar hatinya hingga luluh lantak menjadi serpihan rindu. Namun orang tuanya berkehendak dan menginginkan hal lain pada diri Evan.
Meninggalkan gadis sederhana bernama Fiona, di kala cinta gadis itu sedang mekar-mekarnya. Evan memilih untuk mengejar karir untuk membahagiakan orang tua dengan mengabaikan hati dan cintanya. Evan sangat berharap kelak bisa kembali merajut kisah kasih dengan gadis pujaan hatinya. Tak ada waktu dan tak sempat untuk berpamitan kala itu, saking taatnya pada orang tuanya, hingga Evan segera meninggalkan desa dimana dia bisa dan biasa menatap rona mata lembut Fiona.
Fiona gadis desa yang lugu dan cantik, kembang desa kala itu. Rambut hitam terurai sebahu dan bola mata yang sayu, dengan bibir yang selalu menyunggingkan senyum ramah pada setiap orang yang dijumpainya, wajarlah bila Fiona menjadi idaman setiap orang tua untuk dijadikan menantu. Tapi hati Fiona sudah kadung tertambat sama sosok Evan, pria kota yang menjalani KKN di desanya, desa dimana Fiona lahir dan dibesarkan.
Waktu terus berjalan hingga tiba saatnya Fiona ingin menggapai dan mewujudkan kisah masa lalu itu. dimana dia tidak bisa menemukan sosok pujaan hatinya, mata indahnya mencari ke setiap sudut jalanan, tidak juga dia temukan pria itu. Penantian demi penantian dia lewati, hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Yaa... Fiona tak sempat mendapat kabar apapun tentang Evan, bahkan sedetik atau satu kata tentang Evan, dia tak kuasa mendapatkan. Dalam hatinya masih berharap... Ya Allah temukan dia, datangkan dia untukku, hadirkan dia dalam dekapanku. Delapan tahun berlalu, perlahan-lahan sosok Evan di hati Fiona pun mulai memudar , samar dan lambat laun menghilang. Yang tertinggal di hatinya hanyalah sebuah nama yang pernah mengisi relung hatinya, menghiasi hari-harinya menjadi berwarna warni dan membuat detak jantung berdebar di dadanya.
Sekarang, Evan sudah menjadi pria yang sukses berkarir sesuai keinginan orang tuanya. Evan ingin kembali menemukan pujaan hatinya, melamarnya, menjadikannya istri, ibu dari anak-anaknya kelak. Kenyataan yang dia temui tak sesuai harapannya. Masa lalu itu sudah tak bisa diwujudkan dengan kesungguhan hatinya, tidak dapat diraih dengan lengan tangan kokohnya. Pahit memang, kemana harus dia temukan sosok dan hati seperti gadis yang pernah didambakan? Gadis yang selalu dia mimpikan, yang selalu dia jadikan motivasi untuk segera menyelesaikan studi dan kesuksesan karirnya? Kenapa juga dia harus mempunyai atasan seperti Adi? Beruntungnya dia, memiliki pendamping hidup yang sama persis bahkan tiada beda dengan gadis masa lalunya? Gadis dengan rambut hitam terurai sebahu dan bola mata yang sayu, dengan bibir yang selalu menyunggingkan senyum ramah pada setiap orang yang dia temui. Sama persis layaknya pinang dibelah dua.
Rasa Syok membuat hati Evan membeku, dan yang bisa dilakukannya hanyalah menatap gadis itu, sembari angannya kembali mengenang masa lalu. Seberkas rambut hitam jatuh dari topinya, sedikit menghalangi pandangannya. Dan gadis itu masih tetap dengan bola mata yang sayu, dengan rambut hitam yang terurai sebahu. Delapan tahun tak mengubah penampilan gadis itu, hanya gores alami menandakan bertambahnya usia. Ketika Evan memandangnya, mulut gadis pujaannya itu tertarik membentuk senyuman kecil. Senyum yang sama dengan senyuman delapan tahun silam.
Fiona gadis desa yang lugu dan cantik, kembang desa kala itu. Rambut hitam terurai sebahu dan bola mata yang sayu, dengan bibir yang selalu menyunggingkan senyum ramah pada setiap orang yang dijumpainya, wajarlah bila Fiona menjadi idaman setiap orang tua untuk dijadikan menantu. Tapi hati Fiona sudah kadung tertambat sama sosok Evan, pria kota yang menjalani KKN di desanya, desa dimana Fiona lahir dan dibesarkan.
Waktu terus berjalan hingga tiba saatnya Fiona ingin menggapai dan mewujudkan kisah masa lalu itu. dimana dia tidak bisa menemukan sosok pujaan hatinya, mata indahnya mencari ke setiap sudut jalanan, tidak juga dia temukan pria itu. Penantian demi penantian dia lewati, hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Yaa... Fiona tak sempat mendapat kabar apapun tentang Evan, bahkan sedetik atau satu kata tentang Evan, dia tak kuasa mendapatkan. Dalam hatinya masih berharap... Ya Allah temukan dia, datangkan dia untukku, hadirkan dia dalam dekapanku. Delapan tahun berlalu, perlahan-lahan sosok Evan di hati Fiona pun mulai memudar , samar dan lambat laun menghilang. Yang tertinggal di hatinya hanyalah sebuah nama yang pernah mengisi relung hatinya, menghiasi hari-harinya menjadi berwarna warni dan membuat detak jantung berdebar di dadanya.
Sekarang, Evan sudah menjadi pria yang sukses berkarir sesuai keinginan orang tuanya. Evan ingin kembali menemukan pujaan hatinya, melamarnya, menjadikannya istri, ibu dari anak-anaknya kelak. Kenyataan yang dia temui tak sesuai harapannya. Masa lalu itu sudah tak bisa diwujudkan dengan kesungguhan hatinya, tidak dapat diraih dengan lengan tangan kokohnya. Pahit memang, kemana harus dia temukan sosok dan hati seperti gadis yang pernah didambakan? Gadis yang selalu dia mimpikan, yang selalu dia jadikan motivasi untuk segera menyelesaikan studi dan kesuksesan karirnya? Kenapa juga dia harus mempunyai atasan seperti Adi? Beruntungnya dia, memiliki pendamping hidup yang sama persis bahkan tiada beda dengan gadis masa lalunya? Gadis dengan rambut hitam terurai sebahu dan bola mata yang sayu, dengan bibir yang selalu menyunggingkan senyum ramah pada setiap orang yang dia temui. Sama persis layaknya pinang dibelah dua.
Rasa Syok membuat hati Evan membeku, dan yang bisa dilakukannya hanyalah menatap gadis itu, sembari angannya kembali mengenang masa lalu. Seberkas rambut hitam jatuh dari topinya, sedikit menghalangi pandangannya. Dan gadis itu masih tetap dengan bola mata yang sayu, dengan rambut hitam yang terurai sebahu. Delapan tahun tak mengubah penampilan gadis itu, hanya gores alami menandakan bertambahnya usia. Ketika Evan memandangnya, mulut gadis pujaannya itu tertarik membentuk senyuman kecil. Senyum yang sama dengan senyuman delapan tahun silam.
#ODOPbatch7
#Day6 (14 September 2019)
#Day6 (14 September 2019)
Kisah Fiona dan Evan. Emang cinta itu seperti itu y. Bc ceritanya bikin inget anak2 sma. Keren kk^^
BalasHapusiya ya mbak ..... mengingat masa masa SMA, masa yang indah. terima kasih jejaknya di sini
BalasHapus