Sabtu, 21 September 2019

Lelaki di Ujung Jalan

by: Lilis Indrawati



Lalu lintas di sepanjang jalan itu ramai setiap harinya, dari pagi sampe sore, dari mulai anak sekolah sampai karyawan perusahaan, ada kantor pemerintahan dan kantor swasta. Mahasiswa lalu lalang setiap paginya untuk berangkat ke kampus. Pedagang sayur menjajakan dagangannya, di atas motor yang sarat dengan keperluan dapur. Itulah rutinitas harian warga 0361, inilah jalan raya, jalan utama di kota ini.

Dan di ujung jalan sana, di bawah lampu merah, persis di antara semak-semak sedikit rimbun, yang sengaja di tanam oleh instansi terkait sebagai wujud dari taman kota. Menjadi pemandangan yang biasa, melihat lelaki dekil tengah duduk di sela sela semak tatkala lampu hijau menyala. Bersembunyi dari polusi kendaraan untuk sesaat. Rutinitas pagi selalu bisa di temui dirinya di sana. Begitupun di siang hari di kala orang enggan keluar dari rumah teduh mereka, dari kantor sejuk mereka,  kaupun ada di sana, kau rela berpanas panas di sana. Dibalik semak semak kau bersembunyi dari panasnya terik matahari, dari debu tertiup angin, dari asap yang di hasilkan dari knalpot kendaraan bermotor.

Tak kau hiraukan gendang telingamu terganggu oleh pekaknya suara kendaraan, kau terlihat kuat tapi ringkih, jiwamu gersang. Kumal bajumu, kusam wajahmu sepertinya tak menjadikan itu bagian dari masalahmu, juga tak menjadikan itu beban hidupmu. Bagimu yang lebih penting adalah bagaimana perutmu dan perut penghuni rumah bedengmu terhindar dari bunyi keroncongan. Bagaimana caranya bertahan dari kerasnya hidup. Mungkin anak istrimu menunggumu di rumah dengan pengharapan penuh akan hasil hari ini.

Beban hidup yang begitu berat, membuat bibirmu tak bisa mengembang ke kanan maupun ke kiri. Tatapan matamu hanya tertuju pada lalu lalang sebagian orang yang melintasi jalanan itu. Usiamu tak lagi muda. Namun lebih tua dari usia yang sebenarnya. Ingatlah Allah tak memberi ujian hambanya melebihi kemampuannya. Hidup itu perjuangan, tapi juga pilihan, jika jalan yang kau tempuh sekarang ini menjadi pilihanmu, itu mutlak akan menjadi hakmu.

Tapi setidakanya kau punya pilihan hidup yang lebih baik dari yang sekarang kau jalani. Bukan sekedar mengharap belas kasih orang lain. Bisakah kau berpikir untuk masa depan? Bukan sekedar memikirkan isi perut hari ini dan esok hari? Berusahalah dengan kemampuan yang ada padamu, rubahlah hidupmu, rubahlah pola pikirmu....bukankah tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah? Berusahalah terus sampai kehidupan duniamu menjadi lebih baik, dan jangan pernah remehkan kekuatan do'a, hingga tak kutemukan lagi lelaki di ujung jalan itu .... sang pengemis


#ODOPbatch7
#Day13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DILARANG MISKIN

Karya Masrur Makmur, M.Pd. I & Moeslih Rosyid, SH, MM Tebal Buku 230 halaman Miskin kok di larang? Sebagaimana sebuah produk, apa...