Minggu, 29 September 2019

Berdamai dengan Hati (2)

by: Lilis Indrawati 


Saking lelahnya, Anita akhirnya tertidur di kursi ruang tamu rumahnya, ia tidur di peluk kecemasan dan di selimuti ketidaktenangan. Hingga tidak di sadari olehnya, Agus sudah ada di sampingnya dengan segelas kopi panas kegemarannya. Perlahan ia merasakan ada guncangan di bahunya, agak susah membuat matanya terbuka, namun aroma seduhan kopi di meja, yang persis di depan hidungnya, membuat Anita terbangun juga. Rasa kaget bercampur senang tidak bisa ia sembunyikan begitu melihat sosok laki-laki yang semalam ia tunggu kepulangannya dengan rasa cemas yang luar biasa.

Sayup-sayup terdengar suara adzan bersahut-sahutan dari masjid-masjid terdekat. Suaminya mengajaknya untuk menunaikan sholat berjamaah, baru dia akan menceritakan apa yang menyebabkan semalam dia terlambat pulang dan membuat istrinya cemas. Agus memutuskan sholat di rumah menjadi imam istrinya, karena melihat suasana hati Anita yang tidak tenang. 

Anita dengan tidak sabarnya segera mencecar suaminya dengan banyak pertanyaan. Ternyata suaminya semalam mengalami kejadian yang di luar dugaan. Habis menemani teman lamanya menyusuri jalanan kota dan tempat-tempat yang layak di singgahi, saatnya Agus mengantar sahabatnya itu ke hotel tempatnya menginap. Dalam perjalana pulang, ada segerombolan sepeda motor yang berada di depan, belakang, samping kanan dan samping kiri motornya. Agus di todong dengan senjata tajam. Tidak ada pilihan lain lagi, ia serahkan motor, dompet, handphone, jam tangan dan semua harta yang dia miliki saat itu. Termasuk jaket kulit hadiah Ulang Tahunnya dari istri tercinta, Anita.

Dan karena sudah malam, ia harus berjalan kaki dari tempat kejadian menuju rumahnya. Tidak sempat memberi kabar karena handphonenya juga sudah berpindah ke tangan para penjambret kurang ajar itu. Dia terus berjalan di tengah dinginnya malam, menyusuri jalanan yang sepi tanpa ada kendaraan yang lewat di kota kecil ini. Kadang ia juga berlari-lari kecil agar segera bisa menggapai rumahnya. Agus juga menyadari betapa cemasnya keluarganya. Hal itulah yang membuat Anita akhirnya tidak menyadari kepulangan suaminya, karena deru motor yang sudah sangat di hapalnya tidak mengiringi kedatangan suaminya.

Alhamdulillah belahan hatinya pulang dalam keadaan sehat walafiat. Dalam sanubarinya ia meminta maaf sama suaminya, karena sempat terlintas dipikirannya hal-hal negatif. Rasa bersalah menguasai hati dan perasaannya, bagaimana ia bisa berpikiran yang tidak-tidak pada sosok berhati mulia tersebut. Namun selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa, begitupun dengan kejadian yang sudah di alaminya tadi malam. Kepasrahan sama Allah yang akan mendatangkan ketenangan di dalam hati.

Ada kalanya kita mengalah untuk sebuah kedamaian. Kedamaian diri sendiri maupun orang-orang di sekitar kita. Karena sesungguhnya kita membutuhkan rasa damai dalam kehidupan kita. Begitupun dengan Anita, dengan kejadian itu ia berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih sabar, lebih mengalah dengan hatinya yang terkadang berpikiran negatif terhadap suami sendiri. Ia pasrahkan semua pada Allah Sang Pengatur Kehidupan.




#ODOPbatch7
#Day21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DILARANG MISKIN

Karya Masrur Makmur, M.Pd. I & Moeslih Rosyid, SH, MM Tebal Buku 230 halaman Miskin kok di larang? Sebagaimana sebuah produk, apa...