Episode 3 https://mimpililis09.blogspot.com/2019/11/gadis-impian-eps-3.html
Sheila sudah menjalani aktifitas rutin seperti biasanya, kerja dan kuliah. Rickopun senang dengan kondisi gadis itu, berangsur-angsur kesehatannya membaik. Kedekatan dan persahabatan merekapun menjadi semakin dekat. Berkali-kali Ricko menawarkan pada Sheila agar mau diantar jemput pada waktu berangkat kerja, berangkat kuliah maupun pulang kuliah. Tapi Sheila selalu menolaknya dengan halus. Sebagai laki-laki yang menaruh hati padi gadis itu, rasanya tak rela, juga tak tega jika harus melihatnya naik turun angkot dan berjalan menuju tempat kerja maupun kampusnya.
"Uang yang biasa digunakan untuk naik angkot kan bisa kamu tabung untuk nambah-nambah biaya kuliah kamu," hingga pada suatu kesempatan Ricko menyampaikan hal ini pada Sheila.
Sheila menunduk dalam diamnya, dia tidak ingin merepotkan Ricko. Cukup sekali saja ia berhutang budi juga berhutang biaya perawatan rumah sakit kepada pemuda itu. Walau Ricko tidak pernah menyinggung masalah itu, namun Sheila berjanji pada dirinya sendiri, suatu waktu akan menggantinya, nanti jika ia sudah bekerja dengan gaji yang cukup.
"He, kok mendadak diam? bagaimana dengan tawaranku?" Ricko bertanya lagi ketika dilihat gadis itu tertunduk dan terdiam.
"Aku takut merepotkan kamu Ko, pagi kan kamu juga harus kerja, belum tentu juga bisa jemput aku sorenya. Nanti majikan kamu marah, trus kamu dipecat bagaimana?" Alasan Sheila dengan senyum lucunya.
"Itu bisa diatur." kata Ricko. Mana mungkin aku dipecat? batinnya, yang ada aku yang memecat karyawanku yang kurasa tidak becus dalam bekerja. Ah ... gadis ini masih juga mengkhawatirkan diriku, jangan-jangan dia mulai menyukaiku. Dannn hatinya pun berbunga-bunga.....semoga bukan hayalan semu, harapnya.
"Baiklah, jika itu tidak membahayakan pekerjaanmu. Tapi diantar paginya pas berangkat kerja sama malam pas keluar kampus saja ya? Biar kamu nggak bingung ngatur waktu antara majikan dan harus jemput aku dari tempat kerja." argumentasi Sheila pada Ricko.
"Oke nona, kuterima saranmu, deal ya." solusi yang sangat bagus, pikirnya.
Dan dimulailah antar jemput antara Ricko dan Sheila, hingga pada suatu malam ketika dia sedang membonceng Sheila sepulang dari kampus dan mengajaknya sekedar menikmati soto ayam kegemarannya, tiba-tiba ada sepasang suami istri yang sudah tidak lagi muda menghampiri ke arah mereka berdua, lebih tepatnya ke arah Ricko.
Dengan lembut perempuan paro baya itu menepuk pundak Richo dan duduk di depannya, tepatnya di samping Sheila. Richo kaget dengan kehadiran perempuan yang tak lain adalah mamanya sendiri. Bagaimana ini? Namun dia berusaha untuk menguasai keadaan. Dia berusaha menarik tangan Sheila untuk menjauh, namun tangan laki-laki yang berjalan ke arahnya menghentikan langkahnya.
"Mau kemana Ko, apa nggak kangen dengan papa mama? 3 bulan sudah kamu tidak berkabar apalagi pulang? Trus terang mama dan papa khawatir dengan keadaan kamu. " Kata-kata lembut dan tegas laki-laki itu adalah papanya.
Richo terdiam, hingga membuat Sheila bingung apa yang sedang terjadi. Mau bertanya dia tidak punya keberanian.
"Kamu kelihatan kurusan dan lebih hitam Ko, trus baju dinas siapa ini yang kamu pakai, seperti baju dinas mang Ujang, sopir tantemu." ujar mamanya dan melanjutkan perkatannya ..... "mama kangen sekali sama kamu, sepertinya kamu sudah menemukan gadis yang akan menjadi calon istrimu?" lembut suara perempuan itu sambil matanya melirik ke arah Sheila.
Sampe disini Sheila mencoba menerka-nerka, tapi mau menyimpulkan ada rasa takut. Akhirnya ia beranikan diri bertanya pada sepasang suami istri yang ada di hadapannya.
"Ibu dan bapak ini siapa ya? Apa orang tua Ricko?" tanyanya dengan ragu.
"Iya, kami kedua orang tuanya. kami datang dari Jakarta karena saking kangennya dan mengkhawatirkan putra satu-satunya yang kami miliki." jawab laki-laki yang sedari tadi berdiri.
Oooo....benarkah ini orang tuanya Ricko? tanyanya dalam hati. Dari penampilannya mereka pastilah orang kaya, sempat tadi dia melihat mereka turun dari Alphard warna hitam. Tapi mengapa Richo harus tinggal di rumah sempit depan kosnya? Kenapa pula ia mengaku sebagai sopir pribadi? Ah, sejuta tanya hinggap di kepalanya. Sandiwara apa ini?
"Benarkah itu Ko, tanyanya pada Richo dengan wajah yang hampir menangis, dia tidak tahu apa alasan Ricko di balik ini semua, hingga ia dalam penyamaran menjadi seorang sopir pribadi, mendekati dirinya.
"Jika benar kamu tidak akan meninggalkan aku kan Shel?" Ini semua kulakukan demi kamu, aku ingin menjadikan kamu istriku, tak kan kubiarkan kamu mengarungi lautan kehidupan ini sendiri, aku yakin denganmu, aku penasaran dengan sosok kamu, gadis mandiri, jutek, dan pekerja keras." cerocosnya berusaha meyakinkan pujaan hatinya.
"Jadi ini benar Ko?" Kenapa kamu harus melakukan ini? Apa kamu kira aku ini cewek yang mengagungkan harta? Apa karena aku anak orang miskin dan kamu anak orang kaya? Kamu takut aku mencintai kamu karena harta orang tuamu? Sungguh salah kamu menilai diriku, jangan ukur diriku dengan harta yang dimiliki orang tuamu," Sheila mengatakan itu sambil menangis dan berlari meninggalkan mereka.
Dalam tangisnya dia merasa tersinggung, kenapa ini terungkap di saat pelan-pelan hatinya mulai tertambat dengan sosok Ricko, pemuda tampan sederhana yang sama mandirinya seperti dia, pekerja keras hingga rela menjadi sopir pribadi, rela menungguinya di rumah sakit tatkala dia sakit, ikhlas mengantarnya ke tempat kerja, dan menunggunya di depan kampus, malam-malam hanya untuk mengantarnya pulang.
Entah mengapa semenjak mengenal Ricko ia merasakan ada sosok yang bisa diajaknya berbagi cerita kehidupan yang serba keras ini, ia merasa ada pelindungnya ketika ia harus menjalani ini semua di rantauan yang jauh dari orang tuanya. Sheila yang terpaksa mandiri karena keadaan, menjadi sedikit manja semenjak mengenal pemuda itu. Dan benih-benih cinta mulai mengisi kekosongan hatinya yang selama ini sengaja dia tidak isi dengan yang namanya cinta dari lelaki.
Ah.....mengapa aku begitu lemah, hanya karena kebaikan seseorang,
Hingga tiba-tiba Ricko dan kedua orang tuanya, sudah berada di sampingnya.
"Aku bukan anak orang kaya Shel. Oke kalo kamu nggak sudi bersuamikan anak orang kaya, aku katakan sekali lagi, bahwa aku bukan anak orang kaya. Jika itu bisa membuatmu kembali padaku, aku rela menjalani kehidupan seperti yang selama ini kamu ketahui, sosok Ricko yang bekerja sebagai sopir pribadi dan tinggal di rumah sempit. Tolong Sheila, jangan patahkan hatiku." perkataan Ricko membuat kedua orang tuanya melongo dan saling berpandangan.
"Jadi ini benar Ko?" Kenapa kamu harus melakukan ini? Apa kamu kira aku ini cewek yang mengagungkan harta? Apa karena aku anak orang miskin dan kamu anak orang kaya? Kamu takut aku mencintai kamu karena harta orang tuamu? Sungguh salah kamu menilai diriku, jangan ukur diriku dengan harta yang dimiliki orang tuamu," Sheila mengatakan itu sambil menangis dan berlari meninggalkan mereka.
Dalam tangisnya dia merasa tersinggung, kenapa ini terungkap di saat pelan-pelan hatinya mulai tertambat dengan sosok Ricko, pemuda tampan sederhana yang sama mandirinya seperti dia, pekerja keras hingga rela menjadi sopir pribadi, rela menungguinya di rumah sakit tatkala dia sakit, ikhlas mengantarnya ke tempat kerja, dan menunggunya di depan kampus, malam-malam hanya untuk mengantarnya pulang.
Entah mengapa semenjak mengenal Ricko ia merasakan ada sosok yang bisa diajaknya berbagi cerita kehidupan yang serba keras ini, ia merasa ada pelindungnya ketika ia harus menjalani ini semua di rantauan yang jauh dari orang tuanya. Sheila yang terpaksa mandiri karena keadaan, menjadi sedikit manja semenjak mengenal pemuda itu. Dan benih-benih cinta mulai mengisi kekosongan hatinya yang selama ini sengaja dia tidak isi dengan yang namanya cinta dari lelaki.
Ah.....mengapa aku begitu lemah, hanya karena kebaikan seseorang,
Hingga tiba-tiba Ricko dan kedua orang tuanya, sudah berada di sampingnya.
"Aku bukan anak orang kaya Shel. Oke kalo kamu nggak sudi bersuamikan anak orang kaya, aku katakan sekali lagi, bahwa aku bukan anak orang kaya. Jika itu bisa membuatmu kembali padaku, aku rela menjalani kehidupan seperti yang selama ini kamu ketahui, sosok Ricko yang bekerja sebagai sopir pribadi dan tinggal di rumah sempit. Tolong Sheila, jangan patahkan hatiku." perkataan Ricko membuat kedua orang tuanya melongo dan saling berpandangan.
#ODOPbatch7
#Day54
#Tantangan Pekan 8
#Episode 4
#Day54
#Tantangan Pekan 8
#Episode 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar