Ini kejadian 5 tahun yang lalu, tapi baru terlintas lagi saat ini. Seperti biasanya dan seperti hari-hari kemarin, setiap kali belanja, membuka dompet, proses membayar dan akhirnya menerima kembalian disertai nota pembelian, demi efisiensi dan modal percaya, kembalian itu selalu langsung masuk ke dalam dompet, plung ........ tanpa sempat aku menghitungnya.
Begitupun, kejadian yang terjadi pada hari itu, aku biasa langganan beli pulsa di kios deket rumah. Pertimbangannya disamping kami bertetangga dan kenal baik, juga kios tetanggaku ini satu-satunya yang paling ramai di antara kios-kios penjual pulsa yang lainnya. Aku berniat beli pulsa 10 ribu dengan mennuliskan nomer telepon suamiku. Lalu kusodorkan uang 100 ribuan, dan dikasih kembalian beberapa lembar yang langsung aku terima tanpa menghitungnya.
Sesampai di rumah, suami menghampiri sambil menanyakan kepadaku perihal pulsa yang masuk ke nomernya.
"Ma, kok pulsanya yang masuk 100 ribu, bukannya 10 ribu?" Tanya suamiku sesampai aku di hadapannya.
"Kok bisa?" Mama jelas lho bilang kalau beli pulsa 10 ribu. Dan kusodorkan uang lembaran merah 100 ribuan." jawabku. Akhirnya aku buka dompet juga, dan kuhitung lagi uang kembalian dari teteh yang punya kios pulsa barusan. Ternyata benar nggak salah, kembaliannya 88 ribu, tapi kenapa kok pulsa yang masuk 100 ribu. Jangan-jangan si teteh salah pencet nol ya ..... tebakku.
Akhirnya kutelepon teteh, kebetulan aku nyimpen nomer kontaknya, tak sampakan bahwa pulsa yang masuk 100 ribu dan bukan 10 ribu, disertai permintaan untuk tolong dicek kembali dan ku tunggu kabar selanjutnya. Kisaran 20 menit, teteh meneleponku. Dari seberang telepon teteh berkata:
"Maaf ya mbak, setelah aku cek di buku, juga saldo pulsaku, ternyata memang kami yang salah pencet, nolnya kebanyakan. Jadi pulsa yang masuk ke hape mbaknya 100 ribu." Jawabnya di sertai permintaan maaf.
"Oooo .... berarti sekarang aku yang punya utang 90 ribu ya teteh jadinya, sebentar aku tak balik ke kios kalo begitu." jawabku sambil mikir, wong harusnya jatah pulsa 10 ribu kok jadi 100 ribu. Di luar rencana keuangan ini.
Dan tetehpun menjawab: "Gak usah dibayar sekarang juga gak apa-apa mbak, lain kali saja, boleh kok, lagian juga kami yang salah."
"Biar tidak punya utang teteh, aku bayar saja sekarang, mohon ditunggu ya." jawabku. Walaupun ini bukan salahku dan pemilik kios memberi kelonggaran, tapi hutang ya hutang, secepatnya harus dibayar jika memang ada dana, itu yang selalu kami dahulukan.
Ini salah satu contoh kasus, bahwa dimanapun dan dalam kondisi bagaimanapun, kita harus menerapkan pola hidup jujur, setidaknya jujur pada diri sendiri. Pada kasus diatas, jika suamiku diam, aku gak bakalan tahu jika pulsa yang masuk lebih banyak. Dan jika aku tidak menanyakan ke pemilik kios pulsa, bisa jadi teteh juga tidak sadar kalau pulsa yang dia keluarkan kelebihan. Tapi apakah barakah hidup yang kita jalani jika seperti ini?
Mari kita berpikir, berapa sih untung dari berjualan pulsa? Aku yakin tidak banyak. Untung yang sedikit itupun masih bisa berkurang jikalau terjadi keteledoran semacam cerita di atas. Kan kasihan juga. Kita harus yakin bahwa rejeki sudah di pastikan sama Allah, makanya kita harus menjalaninya dengan ikhlas. Apa yang menjadi hak kita, tidak akan pernah tertukar dengan hak orang lain.
#ODOPbatch7
#Day48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar