Minggu, 06 Oktober 2019

Joko Tarub Beda Zaman (Tantangan Pekan Ke 4)

by: Lilis Indrawati



Di sebuah desa yang terletak tidak jauh dari keramaian, tinggallah seorang pemuda bernama Joko Tarub. Di samping sebagai penulis di beberapa media, ia sangat gemar main ke tempat refreshing yang tidak jauh dari desanya. Setiap pergi ke tempat itu ia tidak lupa membawa jaket  dan laptop kesayangannya. Joko Tarub biarpun pemuda desa tapi ia kelihatan gagah dan tampan. Mungkin ia rajin ke salon satu-satunya yang ada di desanya.

Setiap pulang dari tempat refreshing, selalu ada saja cerita yang dibawanya pulang, tapi entah apa sebabnya, hari ini ia tidak mendapatkan cerita yang menarik. Jaket dan laptop yang dibawanya, tidak bisa mendukung dalam usahanya  mendapatkan ide untuk bahan tulisannya . Dalam perjalanannya iapun merasakan rasa lelah dan gerah yang amat sangat. Jaka Tarub terus berjalan menyusuri jalanan desa, dari kejauhan ia melihat ada sebuah tempat pemandian yang lumayan sepi dan tenang.

Sebelumnya ia berpikir akan melepas lelah di bawah pohon yang rindang, tapi bayangan segarnya menikmati mandi di pemandian yang bening menguatkan niatnya untuk segera bisa mencapai tempat tersebut. Ia pun mengurungkan niat untuk leyeh-leyeh di bawah sejuknya pohon rindang, dan bergegas menuju pemandian tersebut.

"Ah, sedikit lagi sampai." teriaknya kegirangan.

Jaka Tarub mempercepat langkah kakinya menuju pemandian  tersebut. Belum sempat ia mencapai tempat tersebut, tiba-tiba ia mendengar suara menderu dari kejauhan, iapun memperlambat langkahnya. Dari kejauhan nampak rombongan mobil-mobil mewah yang selama ini belum pernah dilihatnya. Untuk sementara ia tertegun, "ada apa gerangan ini?" ucapnya lirih.

"Bidadari!" bisiknya sambil matanya tak berkedip menyaksikan pemandangan langkah yang ada di hadapannya. Aneh, mobil-mobil mewah yang menderu-deru itu semakin lama semakin mendekat ke arah pemandian. Joko Tarub pun berpikir bahwa makhluk-makhluk cantik laksana bidadari yang turun dari mobil mewah tersebut adalah gadis-gadis yang turun dari kota. Dengan sembunyi-sembunyi iapun mengintip dari balik pepohonan besar.
Dugaan Joko Tarubpun benar adanya, mereka adalah para bidadari-badadari yang sangat cantik nan rupawan. Di desanya belum pernah ia jumpai gadis yang jelita seperti itu. Mereka semua berjumlah 7 orang. Dengan riang gembira setelah turun dari mobilnya masing-masing, para bidadari kota itupun berlarian  menuju ke arah pemandian. Dengan santainya mereka menuruni tangga pemandian tersebut, menenggelamkan tubuhnya dalam segarnya air yang sejuknya masih alami, dalam balutan baju renang.
   
Betapa gembiranya mereka, mencebur, berenang, menyelam dan bersembur-semburan air. Kemudian bermain kejar-kejaran sambil tertawa. Sekejappun Joko Tarub tidak mau kehilangan pemandangan yang indah itu. Ia terpesona melihat kecantikan makhluk-makhluk kota itu. Timbul niatnya untuk menjadikan salah satu dari mereka, sebagai pendamping hidupnya.

Timbullah akalnya. Perlahan-lahan ia pun merangkak mendekati tempat di mana para bidadari kota itu meletakkan kunci mobilnya. Dengan pelan dan sangat hati hati, ia mengambil salah satu handuk dan kunci yang ada di sana. Ia tidak memilih, asal ambil saja, semua bidadari kota itu cantik-cantik, pikirnya. Lalu ia pun menyembunyikan handuk di semak-semak dan kunci mobil ia sembuyikan di kantong bajunya. Dan ketika ia melangkah kembali, tanpa sengaja kakinya menginjak ranting kering, hingga menyebabkan suara yang berisik. Membuat bidadari-bidadari tersebut terkejut.

"Sepertinya kok ada yang mencurigakan ya teman-teman!" teriak salah seorang dari mereka.

"Jangan-jangan ada yang melihat kita di sini!" jawab yang lain.

Makhluk kota itu ketakutan lalu bergegas menyambar handuk yang ada di dekat mereka, tak lupa juga mengambil kunci mobil masing-masing. Dan tancap gas meninggalkan pemandian tersebut. Namun kasihan! Ada seorang bidadari yang mondar mandir dengan raut muka yang hampir menangis, karena tidak menemukan handuknya. Dengan terisak-isak ia pun meminta tolong sama Joko Tarub, satu-satunya orang yang ada di pemandian tersebut.

"Tolonglah aku, wahai pemuda, hanya engakulah orang yang aku jumpai di pemandian ini." Sambil ia berjalan mencari kunci mobilnya. Namun ia juga tidak menemukan yang di carinya. Meledaklah tangisnya.

Mengapa jadinya seperti ini? Apa salahku?"

Kembali ia mendekati pemuda itu, yang tak lain adalah Joko Tarub.

"Tolonglah wahai pemuda, kasihanilah diriku."

Kembali Joko Tarub bimbang, melihat tangisnya, ia merasa kasihan, tapi menatap wajah rupawan yang jarang ia jumpai di desanya, hatinya tegar, untuk menjadikan dia pendamping hidupnya. Dengan memberanikan diri ia memberi jawaban dengan pertanyaan.

"Jika aku bisa menolongmu, apakah imbalan yang akan kau berikan padaku?"

Sang bidadari kota terdiam sejenak, sebelum akhirnya dia menjawab.

"Saat ini aku tidak mempunyai apapun wahai pemuda, jika kamu setuju, aku bersedia menjadi istrimu."

Mak seerrr,  jantung Joko Tarub berdegup dan bergemuruh terlepas dari borgolnya. Tidak di nyana tidak disangka gayungnya bersambut, cintanya yang belum tersampaikan dengan kata dari bibirnya, akhirnya terjawab. Entah bidadadi kota itu mencintainya atau tidak, itu urusan belakangan. Cinta bisa dipelajari, begitu keyakinannya.

"Benarkah?"  spontan Joko Tarub bertanya.

"Benar, wahai pemuda, aku berjanji."

"Baiklah....aku juga bersedia membagi hidupku untuk berdampingan dengan dirimu sebagi pasangan suami istri."

Lalu di bawalah si bidadari kota itu ke rumah sederhana di desanya. Ia menikahi gadis kota itu dengan di saksikan oleh beberapa tetangganya. Semua penduduk desa mengagumi kecantikan istri Joko Tarub, yang diketahui bernama Nawang Wulan.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan ...... Joko Tarub dan Nawang Wulan akhirnya saling jatuh cinta. Joko tarub  menyampaikan secara terus terang bahwa dialah yang menyembunyikan mobil dan kuncinya. Ia sembunyikan di suatu tempat yang aman dan rahasia. Nawang Wulan pun sebenarnya sudah menduga bahwa Joko Tarublah yang menyembunyikan mobil dan kuncinya. Tetapi ia menyadari bahwa semua itu terjadi karena kehendak Yang Kuasa, maka ia menuruti saja kemauan sang suami yang sekarang sangat di cintainya itu, Namun Joko Tarub berjanji, jika nanti lahir anak pertama , ia akan mengembalikan kunci dan mobil sang bidadari kota.

Hari yang menentukan itupun tibalah. Seorang bayi laki-laki lahir dari rahim Nawang Wulan. Pasangan suami istri Joko Tarub dan Nawang Wulan  sangat berbahagia. Nawang Wulan pun lantas menagih janji. Ia harus pulang ke rumah orang tuanya untuk mengabari apa yang selama  ini menimpanya. Tetapi Joko Tarub selalu mengulur-ngulur waktu. Ia tak mau mengembalikan kunci dan mobilnya sebelelum putra mereka masuk usia sekolah. Sekali lagi Nawang Wulan menyerah dan pasrah atas keinginan suaminya, ditambah ia begitu menyayangi putra semata wayangnya. Rupa rupanya itulah takdir yang harus dijalaninya.

Makin hari ikatan cinta suami istri itupun semakin dalam. Namun Joko tarub selalu merasa was-was. Ia curiga, kalau kalau istrinya secara sengaja maupun tidak sengaja bisa menemukan kunci dan mobilnya.

"Mas!" kata Nawang Wulan pada suatu hari. "Tolong jaga dapur sebentar ya. Aku ke minimarket yang tidak jauh dari sini untuk membeli sesuatu. jangan sekali kali membuka tudung saji yang ada di atas meja makan ya mas?"

"Baiklah, sayangku!" jawab Joko Tarub. Sambil bekerja dari laptopnya di ruangan kerja yang ada di rumahnya. Sambil bekerja sesekali ia memeriksa dapur, jangan jangan ada binatang semacam kucing atau tikus yang kelaparan dan mengacak-ngacak dapur istrinya. Tiba-tiba ia berpikir, mengapa istrinya melarang membuka tudung saji yang ada di atas meja makan tersebut. Pertanyaan itu mengingatkan Joko Tarub akan kejanggalan yang terjadi di rumahnya. Sejak pernikahannya dengan gadis cantik bidadari kota itu, Joko Tarub tidak pernah merasakan uang tabungan yang ia berikan kepada istrinya berkurang saldonya.

"Ada cerita dan rahasia apa di balik tudung saji itu?" pikirnya. "Pasti Nawang Wulan menyimpan rahasia yang selama ini ia tidak mengetahuinya."

Laki-laki tampan yang penasaran banget itu pun membuka tudung saji yang ada di atas meja makan. Aneh, tidak ada masakan apapun di balik tutup tudung saji itu. hanya ada selembar kertas orderan go food. Ia sangat penasaran dari mana Nawang Wulan mendapatkan uang untuk membeli makanan lewat go food. Hampir 2 tahun usia pernikahannya kini. Sedangkan uang yang selama ini ia transfer langsung ke rekening istrinya itu sepertinya saldonya tidak pernah berkurang. Berbagai macam pertanyaan ia simpan rapi di dalam benaknya.

Diam diam ia selidiki apa yang sebenarnya terjadi pada Nawang Wulan. Ternyata eh ternyata, istrinya itu hampir tiap minggu ke atm yang ada di minimarket tidak jauh dari rumahnya untuk mengambil uang. Lantas uang dari mana itu, padahal transferan yang selama ini masuk ke rekeningnya tidak pernah berkuarang. Akhirnya untuk menemukan jawaban dari rasa penasaran itu, ia tanyakan langsung pada istrinya.

"Sayangku!' Ada yang mas ingin tanyakan padamu, nggak keberatan kan?"

"Enggak lah mas, sama sekali aku tidak keberatan atas pertanyaan yang akan kamu ajukan padaku, silahkan"

"Begini, sayangku kan sepertinya tidak pernah memasak, semenjak kita menikah, dan selalu memesan makanan melalui go food. Tapi mas lihat, saldo di rekeningmu kok masih utuh alias tidak berkurang? Lantas dari mana kamu mendapatkan uang untuk membayar semua makanan itu, sayangku?"

Dengan menghela nafas berat, Nawang Wulan berterus terang bahwa selama ini setiap minggu sekali ia pergi ke atm untuk menarik uang tunai yang dikirimi oleh kakaknya yang berada di luar negeri. Ia merasa, lebih baik uang yang diberikan oleh suaminya itu di tabung saja untuk keperluan anak mereka. Jika sudah memasuki usia sekolah, di mana sesuai janji Joko Tarub bahwa ia akan menyerahkan kunci dan mobilnya, itu berarti dirinya tidak ada lagi di samping suami dan anaknya. Pasti suaminya akan membutuhkan biaya besar untuk keperluan anak mereka. bagaimapaun Nawang Wulan sangat menyayangi putranya.

"Biar kamu fokus pada tumbuh kembang anak kita mas, jika aku nanti tidak ada di samping kalian, sesuai janjimu,bahwa jika anak kita sudah usia sekolah, mas akan mengembalikan kunci dan mobilku. Yang artinya aku akan kembali kepada ayah dan ibuku di kota.

Joko Tarub lantas berpikir, jika anaknya sudah masuk usia sekolah, itu berarti istrinya sudah memikirkan matang-matang tentang segala sesuatunya, termasuk biaya anak mereka. Dan Joko Tarub tidak menghendaki istrinya meninggalkan mereka. Maka ia ingin uang trasferan ke rekening istrinya itu digunakan biar berkurang, harapannya jika berkurang, istrinya akan berpikir ulang untuk kembali ke orang tuanya.

"Sebaiknya keluarga kita tidak menggantungkan hidup pada kakakmu, sayang!" Maka gunakanlah uang belanja yang tiap bulan aku transfer ke rekeningmu, sebagai suami aku harus menjaga harga diriku terhadap kakakmu, aku bertanggung jawab aatas kelangsungan hidup keluarga kita"

"Baiklah mas, jika itu atas kebaikan kita bersama, akan aku lakukan"

Semenjak kejadian itu, setiap minggu Nawang Wulan selalu pergi ke bank untuk mengambil uang yang sudah rutin di transfer suaminya. Lama kelamaan saldonya pun berkurang, dan semakin menipis.
Justru di sanalah letak keberuntungan Nawang Wulan. Di tengah ia kebingungan karena saldo tabungannya lama-lama habis, sedang untuk meminta kepada suaminya ia merasa tidak sampai hati. maka pihak bank memberitahukan secara tidak sengaja bahwa ada mobil yang di titipkan di bank oleh suaminya. Dengan terkejut dan diliputi kegembiraan, akhirnya ia menemukan kembali kunci dan mobilnya yang selama ini menjadi harapan terakhirnya utuk kembali kepada orang tuanya, kembali ke kehidupannya yang dulu ia tinggalkan karena bertemu Joko Tarub.

Maka terjadilah peristiwa yang menyedihkan itu. Pada suatu waktu Joko Tarub dan anaknya mendapatkan Nawang wulan berdiri di halaman rumah, lengkap dengan mobil yang dulu ia titipkan di bank supaya aman.

"Suamiku dan anakku yang tercinta," kata bidadari kota itu. "terimalah kenyataan ini! Aku harus kembali kepada orang tuaku di kota. Rawatlah anak kita dengan sebaik-baiknya!"

Joko Tarub berusaha mencegah kepergian Nawang Wulan. Tetapi istrinya sudah bertekad untuk kembali kepada orang tuanya, sehingga dalam hitungan menit istrinya itu sudah menghilang meninggalkan desanya dengan mobil impiannya. Tinggal Joko Tarub yang mencucurkan air mata dan anak semata wayangnya itu yang menangis sepanjang hari.
Dalam doanya ia meminta supaya istrinya itu mau kembali ke kehidupannya yang sekarang untuk bahagia bersamanya.



Ini adalah cerita legenda, dan untuk memenuhi tantangan ODOPbatch7, endingnya sudah diubah,  dimodifikasi serta diimprovisasi oleh penulis menjadi cerita zaman sekarang.




#ODOPbatch7
#Day28
#Tantangan Pekan 4
#Improvisasi Cerita Legenda











3 komentar:

  1. Aku aku boleh improvisasi, joko tarubnya mba Syai, bidadadinya para penghuni konstantinopel. Hehehehehe. Trus siapa ya yang handuknya di ambil joko tarub alias mas Syai? Wkwkwkwk

    BalasHapus
  2. Mbak Dian saja deh yg handuknya diambil mas Syai 🤣

    BalasHapus
  3. Nawang wulannya kece, bisa order go food,masakini sekali
    😂😂

    BalasHapus

DILARANG MISKIN

Karya Masrur Makmur, M.Pd. I & Moeslih Rosyid, SH, MM Tebal Buku 230 halaman Miskin kok di larang? Sebagaimana sebuah produk, apa...