Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sabar merupakan kamampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya. (Wikipedia)
Dalam kehidupan dan dalam aktifitas sehari-hari, kita tentunya tidak bisa terhindar dengan yang namanya masalah. Masalah bisa dihadapi dengan beberapa solusi, diantaranya bisa dengan berserah diri, mengabaikan masalah itu sendiri, evaluasi diri, dan sabar. Masalah itu sendiri sangatlah kompleks. Tentu di sini saya tidak akan berbagi tentang masalah, apalagi yang kompleks. Saya akan berbagi bagaimana kita harus sabar dalam menghadapi polah tingkah anak-anak kita, terutama anak usia 1 tahun - 12 tahun.
Semua berdasarkan pengalaman saya sebagai seorang ibu dari 4 orang anak yang jarak umurnya masing-masing hanya 2 tahun. Jangan dibayangkan bagaimana ribetnya saja ya, tapi bayangkanlah nikmatnya mengasuh mereka, mengikuti tumbuh kembangnya. Semua itu menjadi hiburan tersendiri bagi seorang ibu. Apakah dalam mendampingi proses mereka, mulus-mulus wae? Oh, tentu tidak. Di samping kelucuannya yang menghibur, tentunya ada juga kenakalan positif (saya menyebutnya kenakalan positif saja ya, karena saya meyakini bahwa ucapan adalah do'a). Nah jenis kenakalan positf inilah yang membutuhkan kesabaran kita sebagai ibunya.
Semua berdasarkan pengalaman saya sebagai seorang ibu dari 4 orang anak yang jarak umurnya masing-masing hanya 2 tahun. Jangan dibayangkan bagaimana ribetnya saja ya, tapi bayangkanlah nikmatnya mengasuh mereka, mengikuti tumbuh kembangnya. Semua itu menjadi hiburan tersendiri bagi seorang ibu. Apakah dalam mendampingi proses mereka, mulus-mulus wae? Oh, tentu tidak. Di samping kelucuannya yang menghibur, tentunya ada juga kenakalan positif (saya menyebutnya kenakalan positif saja ya, karena saya meyakini bahwa ucapan adalah do'a). Nah jenis kenakalan positf inilah yang membutuhkan kesabaran kita sebagai ibunya.
Di mana sekolah sabar itu berada? Seandainya ada, mungkin saya akan mencarinya dan mendaftar untuk menjadi murid di sana, Namun sayangnya, sekolah sabar itu tidak kita temui di sekolah formal manapun. Lantas, dimana kita bisa mengikuti sekolah sabar itu? Di sini, di dalam kehidupan itu sendiri. Bergurunya langsung pada masalah yang kita hadapi,
Sebagai pribadi, saya banyak belajar tentang ilmu sabar langsung pada anak saya. Dulunya saya bukan tipe orang yang sabar. Ehemm......berarti sekarang saya sudah menjadi orang yang sabar dong! Jawabnya tergantung. Tergantung dimana masalahnya. Tentunya sebagai muslimah dan sebagai seorang ibu yang juga seorang istri, tentunya saya harus punya resolusi. Resolusi saya, kadar sabar harus bertambah setiap harinya. Hari ini harus lebih sabar dari kemarin, dan besok harus lebih sabar lagi dari hari ini.
Lanjut, membahas ilmu sabar yang saya dapat dari anak saya, ketika kenakalan atau masalah yang berhubungan dengan anak itu datang menghampiri;
Langkah Pertama, yang harus dilakukan adalah kesampingkan yang namanya emosi. Pisahkan emosi dan logika. Lebih baik jika kita duduk dahulu, ambil nafas dan hembuskan perlahan, intinya diam sejenak. Benar saja, perlahan-lahan kita akan bisa menata isi kepala, mengatur hati dan emosi. Si emosi yang megambil akal sehat akan menyingkir dengan sendirinya. Diam sejenak juga untuk menghindari kita mengeluarkan kata-kata di luar kesadaran kita. Seperti yang saya katakan di atas, ucapan itu bisa jadi do'a. Bersyukur jika kata yang keluar dari mulut kita itu perkataan yang baik, namun jika yang keluar itu perkataan yang buruk, bagaimana?
Langkah Kedua, lanjut, dekati anak, rangkul tubuhnya yang mungil, kalo perlu ciumlah. Tenangkan dulu dia seperti menenangkan diri kita sendiri. Jika sudah kelihatan tenang, ajak bicara dari hati kehati, apapun anak pasti mau bercerita. Libatkan dia dalam mencari jalan keluar terbaik, buat komitmen dengannya, tentunya ada punishment jika komitmen di langgar. Inget, komitmennya harus yang mendidik. Jangan sampai ada hukuman yang bersifat fisik, seminimal mungkin hindari. Kenapa?? Percaya atau tidak, menyesalnya itu tidak akan pernah habis, jadi jangan lakukan.
Ingat ya ibu, anak itu tidak selamanya akan jadi anak, dia akan tumbuh. menjadi remaja dan dewasa. Masa menjadi anak amatlah singkat. Jika remaja, cara menanganinya tentulah berbeda, tidak sama dengan cara menangani seperti mereka masih kecil. Jadi marilah kita gunakan waktu yang singkat itu untuk benar-benar menikmati proses mereka, Tidak semua perempuan mendapatkan kesempatan menjadi ibu, dan tidak banyak ibu yang bisa mendampingi proses buah hatinya menuju dewasa. Kita, para ibu yang mendapatkan kesempatan itu adalah ibu-ibu pilihan. Maka bersyukurlah.
Suatu saat jika mereka remaja dan dewasa, yakinlah bahwa masa-masa itu akan sangat kita rindukan. Sayangnya waktu tidak bisa diperintah mundur untuk mengulang kembali. Kesempatan itu datangnya sekali, jangan sia-siakan dengan perlakuan yang membuat penyesalan tiada bertepi di kemudian hari. Kuncinya adalah sabar.
#ODOPbatch7
#Day27
Langkah Pertama, yang harus dilakukan adalah kesampingkan yang namanya emosi. Pisahkan emosi dan logika. Lebih baik jika kita duduk dahulu, ambil nafas dan hembuskan perlahan, intinya diam sejenak. Benar saja, perlahan-lahan kita akan bisa menata isi kepala, mengatur hati dan emosi. Si emosi yang megambil akal sehat akan menyingkir dengan sendirinya. Diam sejenak juga untuk menghindari kita mengeluarkan kata-kata di luar kesadaran kita. Seperti yang saya katakan di atas, ucapan itu bisa jadi do'a. Bersyukur jika kata yang keluar dari mulut kita itu perkataan yang baik, namun jika yang keluar itu perkataan yang buruk, bagaimana?
Langkah Kedua, lanjut, dekati anak, rangkul tubuhnya yang mungil, kalo perlu ciumlah. Tenangkan dulu dia seperti menenangkan diri kita sendiri. Jika sudah kelihatan tenang, ajak bicara dari hati kehati, apapun anak pasti mau bercerita. Libatkan dia dalam mencari jalan keluar terbaik, buat komitmen dengannya, tentunya ada punishment jika komitmen di langgar. Inget, komitmennya harus yang mendidik. Jangan sampai ada hukuman yang bersifat fisik, seminimal mungkin hindari. Kenapa?? Percaya atau tidak, menyesalnya itu tidak akan pernah habis, jadi jangan lakukan.
Ingat ya ibu, anak itu tidak selamanya akan jadi anak, dia akan tumbuh. menjadi remaja dan dewasa. Masa menjadi anak amatlah singkat. Jika remaja, cara menanganinya tentulah berbeda, tidak sama dengan cara menangani seperti mereka masih kecil. Jadi marilah kita gunakan waktu yang singkat itu untuk benar-benar menikmati proses mereka, Tidak semua perempuan mendapatkan kesempatan menjadi ibu, dan tidak banyak ibu yang bisa mendampingi proses buah hatinya menuju dewasa. Kita, para ibu yang mendapatkan kesempatan itu adalah ibu-ibu pilihan. Maka bersyukurlah.
Suatu saat jika mereka remaja dan dewasa, yakinlah bahwa masa-masa itu akan sangat kita rindukan. Sayangnya waktu tidak bisa diperintah mundur untuk mengulang kembali. Kesempatan itu datangnya sekali, jangan sia-siakan dengan perlakuan yang membuat penyesalan tiada bertepi di kemudian hari. Kuncinya adalah sabar.
#ODOPbatch7
#Day27
Iya bener banget, Mbak😉 Aku suka, bermanfaat sekali
BalasHapusHwaaa, aku masih jauh dari kata sabar kalau sudah menghadapi nak kanak...Ya Allah, semoga diberi kesabaran seluas samudra deh
BalasHapusSobrun jamiil..sabar itu baik..justru orang yang kuat itu yang mampu menahan amarahnya..
BalasHapusHuhuhuhu, reminder banget bu buat saya pribadi
BalasHapusBagus bu... ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ benar" bisa sebagai pengingat.. ❤❤❤ini saya lagi proses nyapih anak dari ASI.. ya Allah.. rasanya kudu nangis, kalau lihat anak minta nenen.. 😔
BalasHapusMba, aku jadi piye gtu habis baca ini. Duh banyak banget yang harus saya pelajari untuk menjadi orangtua
BalasHapusTerima kasih pengingatnya mbak. Langsung nangis inget kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan pada sang buah hati.
BalasHapus