Waktu jaman kos dulu, hampir tiap hari nasi bungkus menjadi menu utama kami anak-anak mahasiswa. Murah meriah, lauknya beragam, bisa pilih sesuai isi kantong. Saking seringnya, terkadang ngiri dengan teman yang tidak ngekos. Mereka ini keluarganya memang tingal di kota, dimana ia melanjutkan kuliah. Teman ini karena tinggal dengan keluargamya, menunya ya menu rumahan, makan setiap harinya masakan rumah. Beda dengan kami yang tinggal jauh dengan orang tua, makanya kami ngekos dan makannya lebih sering nasi bungkus.
Jika habis terima kiriman uang kami mencari makanan yang lebih lengkap dan makan di tempat, tapi tetep manajemen keuangan harus betul-betul menjadi perhatian utama, kalau tidak ingin isi dompet menipis sebelum kiriman uang bulan berkutnya datang, akibatnya bisa puasa sampe kiriman datang atau berhutang. Nah berhutang ini yang harus dihindari sedini mungkin.
Ternyata bener ya, kebahagiaan itu milik semua orang, siapa saja yang bisa meraihnya dengan cara menjalani secara ikhlas kemudian mensyukurinya, maka kebahagiaan akan menghampiri. Begitu juga dengan kisah nasi bungkus tadi, ternyata kami yang anak-anak kos ini merasakan kebosanan juga dan mulai iri hati dengan teman yang setiap hari tidak merasakannnya, karena mereka makan di rumahnya bersama keluarga tercinta.
Yang terjadi adalah, teman saya ini juga merasa iri melihat kami makan nasi bungkus, Kelihatannya enak bisa pilih lauk sesui selera, dia juga bosen dengan makanan rumahan yang dihidangkan setiap harinya dan pingin merasakan bagaimana nikmatnya menyantap nasi bungkus. Oalah, ternyata di luar bayangan kami yang menyandang predikat anak kos. Orang Jawa menyebutnya ini sawang sinawang yang berarti enak di mata orang lain belum tentu enak bagi yang menjalaninya.
Apapun itu harus di syukuri, baik kami sebagai anak kos, maupun teman saya yang bukan anak kos tersebut. Disanalah letak kebagaiaan. Nasehat ibu saya, jangan sampe berhutang, apa yang kita punya itulah yang harus di cukup-cukupkan. Allah memberi rejeki antara yang satu dengan yang lainnya itu berbeda-beda dan sudah dipastikan. Hendaknya memang kita tidak hidup melebihi pendapatan kita, Tetaplah hidup sederhana sesuai standart kita, bukan standart orang lain. Karena rejeki yang diberikan Allah itu cukup untuk hidup, bukan untuk gaya hidup.
#ODOP batch7
#Day43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar