Senin, 13 Juli 2020

DILARANG MISKIN


Karya Masrur Makmur, M.Pd. I & Moeslih Rosyid, SH, MM
Tebal Buku 230 halaman

Miskin kok di larang?

Sebagaimana sebuah produk, apalagi produk unggulan yang terkenal dengan sebutan ahsani taqwim, bentuk dan kualitas produk terbaik, tentu memerlukan investasi yang sangat besar. Bukan saja biaya produksi, tetapi biaya penelitian dan semua proses sebelum kemudian produk diolah biasanya juga sangat besar.

Untuk menjadi produknya Allah syaratnya harus mengajak kebaikan, mencegah kemungkaran dan yakin kepada Allah (beriman). Tanpa ketiganya status terbaik bisa lenyap begitu saja. Bahkan bisa lebih rendah daripada binatang ternak (ulaaika kal an'am balhum adhal)

Maka semua harus setuju bahwa kemiskinan adalah musuh kita. Karena tidak satupun agama yang mengizinkan kemiskinan melanda umatnya. Tanggung jawab serta kepedulian terhadap keluarga dan sesama berkaitan dengan zakat, infaq, sedekah, haji, menuntut ilmu, dan melakukan penelitian adalah bukti bahwa semua itu tidak akan mungkin berjalan tanpa didukung oleh biaya. Artinya untuk dapat melakukan itu semua seseorang harus kaya atau tidak boleh miskin. he he he he ....

Dan yang "menciptakan" kemiskinan  adalah diri kita sendiri. Hal ini bisa karena ketidakadilan ekonomi, malas juga karena kemiskinan itu kita bentuk di dalam pola pikir kita sendiri. Itulah hakekatnya, mengapa orang-orang yang senantiasa bersyukur, walaupun hidup pas-pasan ia akan tetap tersenyum dan merasa cukup.





Hakekat Orang Kaya

Kaya itu bukan kondisi tetapi pilihan. Kaya bukanlah takdir tetapi nasib. Kita tidak bisa merubah takdir tetapi kita bisa merubah nasib kita. Maka memilih menjadi orang yang bernasib kaya adalah hal penting yang harus kita kejar. Setidaknya kalau kita sudah miskin harta, harus kaya hati. Benar?

"Sukses adalah ketika kita mampu memanfaatkan secara optimal potensi yang kita miliki dan bagaimana peningkatan potensi itu dari waktu ke waktu dan dari mana semua itu mengarah ke tujuan." (Collin Turner)

Untuk menjadi kaya diperlukan kesungguhan dalam bekerja dan meyakini bahwa dengan bekerja akan mendapatkan hasil dari apa yang telah kita usahakan. Meskipun hasilnya kadangkala berbeda dengan yang diharapkan karena rezeki itu adalah mutlak keputusan Allah SWT. Sedangkan, sebaliknya kalau kita hanya diam dan tidak mau bekerja maka dsinilah letak timbulnya kemiskinan.

"Kebanyakan orang memandang sukses itu dari sisi memperoleh sesuatu. Padahal sukses dimulai dengan memberi sesuatu," (Henry Ford).







#RCO8
#OneDayOnePost
#Reading ChallengeODOP8
#PengembanganDiri

Jumat, 31 Januari 2020

5 TEKAD SUCI ELMIDA



"Kenapa kamu bisa kalah ranking sama anaknya janda?"

Sebegitu jeleknya nasib anak seorang janda? Hingga untuk menjadi yang terbaik di kelas, Elmida harus mendapat tanggapan yang menusuk tepat di hatinya? Menjadi janda dan menjadi yatim sejak usia kecil bukanlah pilihan mereka, ibu, Elmida dan Ahmad.

Satu kalimat itu yang membuat Elmida ingin merubah nasibnya,  mengubah dunia kecilnya menjadi besar, suatu saat nanti. 5 Tekad Suci yang menjadi tujuannya melangkah di masa depan untuk menggapai harapan yang gemilang.

Kehidupan masa kecil yang kurang berpihak, terekam rapi dalam memory Elmida. Tak mudah untuk melupakan begitu saja kenangan itu, apalagi mengabaikannya.
Bayangan rasanya disepelakan, di rendahkan, dilecehkan dan ora di uwongno begitu membekas bagai cakaran kuku tajam yang begitu dalam menghunjam hingga sulit untuk di tutup kembali.

Justru "hanya" satu kalimat itulah yang menjadikan tekad Elmida untuk bisa mengubah dunianya menjadi lebih baik. Satu kalimat itu takkan bisa menghapus harapannya untuk meraih cita-cita dan impian masa depannya. 

Ia kesampingkan rasa lelah, ia campakkan rasa malu, ia bulatkan tekad untuk bekerja keras meraih dan menggenggam tujuannya. Setiap semangatnya kendur dan rasa jenuh datang menghampiri, ia ingat-ingat kembali kalimat itu. Maka, semangatnya untuk berlari kencang dan marathon mengejar impian itu  membara lagi.

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri," (QS. Ar-Ra'd : 11)

5 Tekad Suci Elmida, yang ia jadikan kunci meraih sukses di masa depan, demi menebus masa kecilnya yang kurang beruntung. Akankah Elmida bisa memenuhi 5 Tekad Sucinya? Serta bagaimana lika dan liku kehidupannya selama menjalani masa-masa perjuangan itu?

5 Tekad Suci Elmida kali ini sengaja kutulis untuk membangkitkan semangat mereka para pemuda -pemudi harapan bangsa untuk tidak menyalahkan masa lalu yang tidak berpihak pada mereka. Justru hal  itu bisa di jadikan cambuk untuk meraih masa depan. Apa saja 5 Tekad Suci Elmida itu? 

"Bahkan .. jalan yang lurus dan muluspun bisa memberikan aral bagi penggunanya, apalagi jalan  terjal yang akan di lalui. Harus ada usaha dan do'a untuk bisa melewati semua itu dengan hasil akhir yang sesuai harapan." 

Nantikan di Novel yang akan diterbitkan InsyaAllah di bulan April 2020. Semoga bisa 💪

Kamis, 19 Desember 2019

Review Buku Selingkuh

Oleh: Lilis Indrawati




RCO Tingkat 3 telah memasuki tahap akhir. Dan tugas tantangan di Tingkat 3 kali ini adalah membuat tulisan yang berisi perbedaan dan persamaan tradisi/kebiasaan antara Indonesia dengan negara asal buku tersebut.

Buku fiksi dengan judul "Selingkuh" karya Paulo Coelho ini memiliki ketebalan 320 halaman. Diterbitkan PT. Gramedia Pustaka Utama, berkisah tentang seorang perempuan yang berprofesi sebagai jurnalis yang sangat disegani di sebuah surat kabar besar yang dapat ditemukan nyaris di semua kios surat kabar di Jenewa, tempat tinggalnya. 

Linda, nama jurnalis tersebut memiliki suami yang hebat, yang bukan hanya teramat mencintainya, tetapi juga pemilik perusahaan investasi berskala besar. Setiap tahun sang suami selalu muncul dalam daftar tiga ratus orang terkaya Swiss di majalah Bilan. Pasangan ini memiliki 2 orang anak. Linda adalah tipe perempuan yang selalu bergairah dalam menjalani kehidupannya. Namun ia hanya benar-benar sangat menikmati kehidupan sexual dalam pernikahannya tidak lebih dari lima tahun.

Sejujurnya, tidak ada yang salah sama sekali. Hanya saja .... hanya saja rasa takut diam-diam bahwa segala sesuatu dapat berubah dari satu saat ke saat berikutnya, ketika Linda sama sekali tidak menyadari bahwa dirinya terjebak dalam cinta masa lalu dengan teman remajanya, yang bernama Jacob dalam sebuah wawancara. Perselingkuhan itupun dimulai.

Mereka ini tinggal di negara paling aman di dunia, Jenewa Swiss, yang memiliki 4 musim, yaitu panas, gugur, dingin dan semi. Sedangkan di Indonesia kita tahu dan alami sendiri hanya ada 2 musin yaitu musim panas dan musim hujan. Tidak seperti di Indonesia, adanya kemacetan yang hampir ada di seluruh kota besar, di Jenewa lalu lintas tidak mengenal macet. Kalo masalah keamanan antara Indonesia dan Swiss, saya sih pinginnya mengatakan bahwa Indonesia sangatlah aman, tapi kenyataannya masih lebih aman Swiss. Maling, perampok, pengemudi ugal-ugalan, tawuran, di Indonesia masih ada. Di Swiss apalagi dalam cerita di buku ini nyaris tidak ada. 

Masalah wine, minuman beralkohol fermentasi dari anggur atau buah-buahan lain di Jenewa termasuk minuman yang dijual bebas. Masyarakat di negara tersebut mengkonsumsi wine untuk melawan hawa dingin yang menghampiri pada musim dingin. Wine bisa di temukan di hampir setiap jamuan=jamuan yang diadakan oleh masyarakat Jenewa. Sedangkan di Indonesia ada peraturan yang mengatur tentang wine. Tidak sebebas Jenewa dalam memperjual belikannya.

Persamaan dalam cerita ini dengan di Indonesia adalah, sebagai seorang istri dan seorang ibu, dimanapun pasti menyayangi keluarganya terutama anak-anaknya. begitupun dalam cerita ini, ibu asal Indonesia dan ibu asal Jenewa memiliki naluri keibuan yang sama. Sama-sama menyayangi anaknya dan selalu ingin terlibat dalam keseharian sang buah hati.

Masalah moral, perselingkuhan adalah tindakan yang sangat buruk di mata masyarakat. Di Indonesia dan di Jenewa juga demikian, hingga si pelaku perselingkuhan berusaha menutup serapi mungkin skandal perselingkuhan yang pernah dilakukannya.




Sabtu, 14 Desember 2019

Ulasan Cernak "Hadiah Dari Kijang "Putih"

Oleh : Lilis Indrawati


Tugas Fiksi kali ini adalah membaca salah satu cernak dari berbagai media dan membuat ulasannya. Pilihan saya jatuh pada Dongeng-dongeng Sepanjang Abad  karya Made Taro, Penerbit Sanggar Kukuruyuk dan Arti Foundation.



Tema
Temo konflik ekonomi yang dialami seorang perempuan miskin dan perempuan kaya asal Bali yang tinggal berdampingan sebagaimana tetangga. Adalah Men Tiwas nama dari perempuan miskin tersebut dan Men Sugih nama untuk perempuan kaya itu. Masing-masing dari perempuan tersebut mempunyai 2 orang anak. Kehidupan sosial yang berbeda menciptakan jurang pemisah diantara keluarga tersebut, si kaya dan si miskin itulah julukan pada mereka. Hingga suatu hari si miskin pergi ke hutan untuk mencari kayu api yang nantinya akan di tukar dengan beras dan ia bertemu dengan seekor kijang putih yang bisa berbicara dan menyuruh Men Tiwas memasukkan tangannya ke lubang pantatnya, maka segenggam emas ia peroleh. Dari sinilah kehidupan Men Tiwas berubah dari miskin menjadi kaya. Namun Men Tiwas tetap rendah hati dan jujur.
MenSugih  melihat tetangganya yang tadinya miskin sekarang menjadi kaya, timbul rasa irihati dan serakahnya. Ia harus memiliki kekayaan yang jauh melebihi Men Tiwas. Ia harus memiliki emas yang banyak, lebih banyak dari Men Tiwas. Maka pergilah dia ke hutan untuk bertemu dengan kijang putih. Apa yang terjadi? Tangannya tidak bisa dilepaskan dari lubang pantat kijang putih tersebut. Dan akhirnya bukan emas yang di dapat tapi kesakitan dan tubuh yang terluka parah.

Alur
Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah alur maju secara runut dan jelas, dari tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir, membuat pembaca terutama anak-anak dengan mudah bisa memahami isi ceritanya. Ending yang adil dan membahagiakan buat salah satu keluarga yang tidak serakah dan apa adanya, membuat cerita ini semakin menarik dan memuaskan pembacanya.

Latar
Hanya ada 2 tempat yang digunakan dalam cerita ini, yaitu : rumah di sebuah desa dimana kedua keluarga itu tinggal, dan hutan tempat mencari kayu api buat keluarga perempuan miskin tersebut.

Tokoh dan Perwatakan
Pada dasarnya ada 2 tokoh manusia dan 1 tokoh hewan dalam cerita ini, yaitu:
Yang Pertama adalah perempuan miskin bernama Men Tiwas dengan 2 anaknya. Kesehariannya mencari kayu api dalam hutan untuk di tukar dengan beras. Walaupun miskin keluarga ini mempunyai sifat rajin, jujur, tidak serakah juga tidak pelit.

Yang Kedua adalah perempuan kaya bernama Men Sugih juga dengan 2 anaknya. Karena kekayaannya yang berlimpah, Men Sugih tidak perlu lagi bekerja keras. Namun Men Sugih mempunya sifat yang buruk, ia tidak jujur juga serakah.

Yang Ketiga adalah tokoh hewan yaitu kijang putih, yang di dalam pantatnya bisa mengeluarkan emas yang jumlahnya sangatlah banyak.

POV
Pont Of Viewnya terletak pada salah satu tokoh yang karena keserakahan, ketidakjujuran,  dan kepelitannya membawa ia pada kesengsaraan. Ketidakjujuran yang di miliki membuat ia ingkar janji terhadap hasil kerja keras tetangganya. Keserakahan yang bersarang di hatinya membuat rasa iri  melihat keberhasilan sang tetangga dan menginginkan hal yang sama terjadi padanya. Rasa pelit yang ia pelihara membawa ia tidak peduli terhadap kelangsungan hidup tetangganya yang miskin.

EBI
Secara umum penulis sudah sangat memahami dengan menggunakan ejaan dengan sangat baik dan tepat. 

Pesan Moral
Terkandung pesan moral yang begitu dalam dari cerita ini, bahwa sebagai manusia hendaknya kita menjauhi sifat serakah, irihati, tidak jujur, pelit,  dan sombong. Tetaplah menjadi pribadi yang selalu rendah hati dan peduli terhadap sesama.


#Kelas Fiksi
#Ulasan Cerita Anak
#One Day One Post



Rabu, 11 Desember 2019

Ulasan Cerpen Menebus Dosa Masa lalu

Oleh : Lilis Indrawati

Cerpen Karangan : Tri Mulyati
Kategori : Cerpen Sejarah
Lolos Moderasi pada : 07 November 2019


Tema
Tema konflik batin yang di alami tokoh aku dalam cerita ini membuat rasa penyesalan sepanjang sisa hidupnya. Penyesalan terhadap keputusannya yang ia sebut sebagai keserakahan. Keserakahan yang membuat teman seperjuangannya di masa penjajahan dulu tewas di tangan serdadu Belanda. Penyesalan yang membawa dirinya selalu menabur bunga setiap tanggal 17 Agustus di tempat tertembaknya sang teman dahulu yaitu di benteng Van Der Wijk yang sekarang sudah berubah menjadi bangunan megah, objek wisata sejarah kebanggaan warga. Konflik batin ini ia rasakan sendiri, tanpa ada yang tahu termasuk anak-anaknya. Seandainya ia tak terlalu serakah dengan menyuruh Parto temannya yang berwajah peranakan Indo-Belanda untuk kembali mengambil beberapa karung lagi bahan makanan, mungkin Parto bisa ikut menikmati perjuangannya. Ah seandainya waktu bisa di putar ulang, ia ingin membalikkannya kembali. Mengubahnya menjadi cerita yang berakhir bahagia, happy ending. Tapi sayangnya tidak bisa. Dan penyesalannya semakin bertambah ketika sekedar menabur bunga pun tak bisa lagi ia lakukan.

Alur
Alur maju secara runut dari tahap awal, tahap tengah hingga tahap akhir, dengan flash back  menarik membuat pembaca bisa menangkap dan memahami isi dari cerita ini. 

Latar
Benteng Van Der Wijck yang saat itu masih menjadi benteng logistik, gudang pangan dan perbekalan untuk Puppilen School atau Sekolah Calon Militer Tentara Belanda, saat ini bersalin rupa menjadi  gedung yang gagah, berwarna merah menyala, menjadi objek wisata sejarah kebanggan warga.  Sebelum menjadi gedung yang megah seperti ini sebelumnya dari Pupillen School, berpindah ke KNIL, beralih fungsi menjadi barak TNI, lalu dibiarkan bertahun-tahun merana, mangkrak, dan kurang terawat. Sempat menjadi sarang burung walet, dan kini bersalin rupa menjadi gedung yang gagah, berwarna merah menyala, menjadi objek wisata sejarah kebanggaan warga

Tokoh dan Perwatakan
Ada 4 tokoh dalam cerita ini, yaitu:
Yang Pertama adalah tokoh aku, sang pelaku sejarah, yang setiap tanggal 17 Agustus akan datang ke tempat ini, tempat yang dulunya adalah benteng Van Der Wijck. Tidak peduli panas, hujan, atau badai sekalipun. Tak akan pernah menghalanginya untuk kembali. Selama nyawa di kandung badan dan kepikunan belum menggerogoti.

Yang Kedua adalah tokoh Parto, juga pelaku sejarah yang tewas karena keserakahan tokoh pertama (aku). Parto meninggal karena tertembak serdadu Belanda, ketika mengambil bahan makanan dan senjata. Wajah Parto yang lebih mirip orang Belanda karena ia peranakan Indo-Belanda, membuatnya bisa bebas keluar masuk lingkungan Belanda.

Yang Ketiga adalah anak-anak dari tokoh pertama, yang selalu mengingatkan si bapak bahwa usia sudah semakin tua. Untuk apa piknik dan piknik lagi. Dan selalu bertanya untuk apa si bapak melakukan semua ini, karena orang-orang pada melihat dan mengira mereka adalah orang aneh.

Yang Keempat ada petugas cleaning service, yang merasa keberatan dengan ulah si bapak dengan menebar bunga di di tempat ia bekerja, yang dulunya adalah benteng Van Der Wijck.

POV
Pont Of Viewnya terletak pada penyesalan salah satu tokoh yaitu tokoh pertama (aku). Karena keserkahannya, hingga mengakibatkan Parto tewas di tembak oleh serdadu Belanda. Seandainya tokoh aku tidak menginginkan lebih banyak bahan makanan, pasti parto akan bisa menikmati perjuangannya. Seandainya saja waktu bisa diputar ulang, aku ingin membalikkannya kembali, mengubahnya menjadi cerita yang berakhir bahagia, happy ending. 

EBI
Secara umum penulis sudah sangat memahami dengan menggunakan ejaan dengan sangat baik dan tepat. dibuktikan dengan lolosnya cerpen ini di Cerpenmu.com

Klimaks Dalam Cerpen
Secara keseluruhan saya menikmati cerita ini. Konflik batin yang mengakibatkan rasa bersalah dan penyesalan sepanjang sisa usia sang tokoh utama,  pembaca seperti saya dapat dengan mudah larut di dalamnya seakan ikut merasakan rasa penyesalan itu.

Namun ada sedikit rasa kurang puas ketika nama sang tokoh pertama tidak disebutkan. Juga tempat tidak dijelaskan secara detail dan gamblang. Hanya ada sebuah petunjuk yaitu benteng Van Der Wijck. Walaupun pembaca akhirnya tahu dimana letak tempat tersebut, tapi alangkah lebih memuaskan apabila di sebutkan nama tempat dimana cerita bersejarah itu di ceritakan. Benteng yang sekarang menjadi objek wisata kebanggaan warga, alangkah baiknya juga di sebutkan namanya.


#Tugas Ulas Cerpen Hisfic
#ODOPbatch7



Teks Cerpen
Menebus Dosa Masa Lalu
Cerpen Karangan: Tri Mulyati
Kategori: 
Cerpen PerjuanganCerpen PersahabatanCerpen Sejarah
Lolos moderasi pada: 7 November 2019

Setiap tanggal 17 Agustus, aku akan datang ke tempat ini. Seperti ada kewajiban yang mengharuskanku untuk kembali. Tak peduli panas, hujan, atau badai sekalipun. Tak akan pernah menghalangiku untuk kembali. Selama nyawa di kandung badan dan kepikunan belum menggerogotiku.

“Bapak, Bapak sudah semakin tua. Untuk apa piknik dan piknik lagi?” tanya anak-anakku. Aku hanya tersenyum. Mereka tak akan mengerti. Ini bukan piknik, tapi hukuman yang harus kujalani. Penjara untuk menebus kesalahanku. Hingga kini, aku belum mampu bercerita pada mereka, kenapa aku datang ke sini setiap tahunnya. Aku menyimpannya untuk diriku sendiri.

Setiap datang aku akan memandangi benteng Van Der Wijck yang kini berdiri megah. Menabur bunga di salah satu pintunya. Terpekur menatap ke satu titik. Mengenang cerita lara yang harus kusandang selama sisa hidupku.
”Untuk apa Bapak melakukan ini? Orang-orang melihat pada kita, Pak. Mereka mengira kita aneh.” Kalimat itu sudah berkali-kali terlontar dari mulut anak-anakku. Mereka tidak tahu seberapa besar arti benteng ini bagiku.

Aku mengawasinya setiap saat. Menjadi saksi sejarah segala perubahannya dari zaman ke zaman. Sejak masih menjadi Puppilen School, berpindah ke KNIL, beralih fungsi menjadi barak TNI, lalu dibiarkan bertahun-tahun merana, mangkrak, dan kurang terawat. Sempat menjadi sarang burung walet, dan kini bersalin rupa menjadi gedung yang gagah, berwarna merah menyala, menjadi objek wisata sejarah kebanggaan warga. Semuanya tak luput dari penglihatanku.

Memang sudah puluhan tahun berlalu. Namun, rekaman peristiwa itu masih melekat erat di ingatanku. Saat sahabatku merenggang nyawa, tertembak mati di salah satu pintunya. Semua itu salahku. Aku yang paling pantas disalahkan. Seandainya saja bisa diputar ulang, aku ingin membalikkannya kembali. Mengubahnya menjadi cerita yang berakhir bahagia, happy ending.

Saat itu benteng Van Der Wijck masih menjadi benteng logistik, gudang pangan dan perbekalan untuk Puppilen School atau Sekolah Calon Militer Tentara Belanda. Malam ini aku dan Parto berhasil menyusup ke areal Benteng Van Der Wijck ini.

Parto, seorang peranakan Indo-Belanda. ibunya wanita pribumi, ayahnya serdadu Belanda tapi tak tahu rimbanya. Fisiknya yang lebih mirip orang Belanda, membuatnya bisa bebas keluar masuk lingkungan Belanda. Mengambil bahan makanan ataupun senjata tanpa dicurigai musuh. Sementara aku akan menunggu di luar, bersembunyi di semak belukar.
Malam itu, di tanggal yang sama seperti hari ini, 17 Agustus, Parto sudah berhasil mengambil sekarung beras. Seharusnya itu sudah cukup. Harusnya kami kembali ke perkampungan. Tapi, aku memaksanya masuk kembali.

“Kenapa hanya sekarung, kalau bisa membawa berkarung-karung,” kataku meyakinkannya.
“Tapi, sangat berbahaya. Mereka bisa curiga kalau aku mengambil terlalu banyak,” tolak Parto.
“Ah, kamu terlalu pengecut! Tak punya nyali!” ejekku.

Masa Agresi Milter kedua, kelaparan semakin meluas. Sejak perjanjian Renville ditandangani, penduduk di barat sungai Kemit yang termasuk territorial Belanda kekurangan pangan. Daerah timur sungai yang menjadi lubung padi tak bisa lagi menjual hasil panennya ke barat. Sementara di lain pihak, gudang-gudang pangan Belanda penuh berkarung-karung makanan.

Dengan fisiknya yang seperti Belanda, kami memanfaatkannya untuk menjadi mata-mata, menyusup ke tangsi-tangsi Belanda, mencuri bahan pangan dan persenjataan. Tapi, sepandai-pandai tupai melompat, ada kalanya akan jatuh juga.

Tiba-tiba, entah apa yang terjadi di dalam sana. Terdengar teriakan-teriakan keras dalam bahasa Belanda. Aku terpaku.

“Je bent niet de Nederlandse!” teriak serdadu Belanda sambil menodongkan senjatanya pada Parto. Sepertinya serdadu itu telah mencurigai Parto sebagai Belanda gadungan.
“Ik ben van de Nederlandse,” jawab Parto. Ia tetap mengaku sebagai orang Belanda.
“Je bent niet de Nederlandse!” teriak Serdadu itu semakin marah.

Mereka berbantah-bantahan. Entahlah, mungkin sedang sial, tiba-tiba saja aku tak bisa menahan keinginan untuk bersin. Haajjiin.. Serdadu itu melihatku. Menembakiku dengan berondongan peluru. Aku berlari menyelamatkan diri di antara semak belukar. Meninggalkan sahabatku sendirian.

Itulah terakhir kalinya aku melihat Parto. Mayatnya bahkan tak pernah ditemukan. Sahabatku terjebak di kandang musuh karena keteledoranku. Seandainya aku tak terlalu serakah. Mungkin Parto bisa ikut menikmati perjuangannya. Menikmati kebebasan yang kami rindukan. Kita sudah merdeka. Kita sudah bebas dari penjajahan. Berulang-ulang kuucapkan kalimat itu. Aku yakin Parto mendengarnya di atas sana.


“Eh, Maaf, Mbah! Jangan mengotori tempat ini! Tolong! Nanti saya bisa dimarahi supervisor,” kata seorang petugas cleaning service yang melihatku hendak menabur bunga di pintu itu.
“Ayolah, Pak. Jangan sampai kita diusir dari sini karena membuang sampah sembarangan!” bisik anakku membuatku miris.
Ya, zaman telah berganti, musim terus berputar. Semuanya telah berubah. Bahkan, sekadar menaburkan bunga pun tak bisa lagi kulakukan.






Kamis, 05 Desember 2019

Ulasan Buku Air Basuhan Kaki Ibu (Tokoh Utama)


by: Lilis Indrawati





Adalah Basim yang dibesarkan oleh seorang ibu karena sang bapak sudah lebih dahulu menghadap Illahi. Liku-liku kehidupan sebagai janda miskin dalam membesarkan dan mendidik putra semata wayangnya, terangkum dalam ulasan berikut ini :

Sejak kematian suaminya yang tertimpa reruntuhan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), seorang ibu merawat dan membesarkan Muhammad Basim, anak tunggalnya sendirian. Setiap hari ia bergelut dengan tumpukan sampah, mengais-ngais rezeki demi menghidupi anaknya. terkadang, Basim digendongnya ke tempat sampah, berpanas ria dan berpeluh-peluh. Tak sekalipun, wajahnya tampak putus asa menghadapi kesulitan ditinggal mati oleh suaminya.

Basim sendiri merasakan betapa ibunya adalah orang yang sabar, tak pernah marah dengan caci-maki dan hinaan orang, tak pernah berucap kasar atau keras. Walau ibunya itu bukanlah seorang berilmu luas di dalam agama, Basim selalu melihat ibunya tak pernah lupa mengerjakan shalat dan sering kali puasa Senin-Kamis. Ibunya juga tak pernah jemu menasehati Basim untuk sembahyang dan selalu memohon kemudahan pada Tuhan. Ibunya jarang makan, sedikit tidur, dan baik kepada siapapun, termasuk pada orang-orang yang menghinanya. Sang ibu hanya berharap, Basim akan tumbuh menjadi orang yang kuat, sabar, santun, sekaligus lembut hatinya dan bisa meraih cita-citanya.

Ketika Basim berumur 3 tahun, ayahnya meninggal dunia dan sejak saat itu, ibunya merawat dan membesarkannya sendirian. Basim dididik mengaji, belajar membaca, menghitung, dikenalkan dengan mushala, juga dengan tempat sampah. Rasa kehilangan Basim kepada ayahnya sangat besar.

Beruntung ada om Ujang, sahabat ayah dan ibunya yang dulu menjadi orang pertama yang menerima kedatangan ayah dan ibunya di Bantar Gebang ini. melalui Om Ujang, basim mendapatkan banyak perhatian, juga kasih sayang. Masalah muncul ketika Mpok Pah dan Mak Ijah----duaibu yang selalu iri terhadap ibunda Basim-----menghembuskan kabar perselingkuhan anatara Om Ujang denga nibunya. Padahal, Basim sendiri merasa senang bila Om Ujang bisa menjadi ayahnya.

Namun, cinta hanya satu. Dan, seperti itulah yang diajarkan ibunya Basim kepadanya. Demi menghindari fitnah, Om Ujang pun rela meninggalkan Bantar Gebang mencari ketenangan batin. Dan sekarang, Basim dan ibunya benar-benar hanya berdua. Sang ibu pun bekerja keras untuk menghidupi Basim, juga menyekolahkannya.

Peristiwa-peristiwa keras terjadi di sekitar Basim dan ikut membentuk kepribadiannya. Pertengkaran, bahkan perkelahian, menjadi pemandangan yang hampir tiap hari terjadi di TPA. tetapi, sang ibu melalui caranya mendidik dan merawat Basim, sanggup menyelamatkan jiwa Basim dari segenap godaan yang keras dan kasar itu. Pada saat yang sama, seiring pertumbuhannya, Basim pun semakin mencintai dan menyayangi ibunya. Di SD, Basim selalu juara dan di kelas empat, ia mulai mengenal rasa senang terhadap lawan jenisnya. rasa senang itu ia wujudkan dengan keinginan untuk bisa selalu menendang atau menampar dua gadis kecil teman sekolahnya karena di matanya mereka jatuh cinta kepadanya.

Saat lulus SD, ibunya telah menyiapkan uang untuk melanjutkan sekolahnya di MTsN. Di sinilah, Basim harus bergumul dengan suasana dan persahabatan yang baru. Pak Agus pernah menjadi guru yang sangat ditakutinya sebab sang ibu belum bisa membelikannya sepatu warna hitam, padahal itu kewajiban. Pelajaran IPS adalah pelajaran yang ia benci sebab pak Sambudi pernah mengirimkan "Kungfu Panda" kepadanya. Dan, pak Maardi adalah guru yang paling membuatnya sakit hati sebab pengaturan nilai yang telah dilakukannya, hingga ia merasa gagal dalam ujian akhir.

Di saat yag hampir sama, Pak Kosim, salah satu tetangganya----juga ayah dari salah seorangg sahabat karib Basim nanti----jatuh hati pada ibunya Basim. Sekali lagi keluarga kecil ini diuji lagi. namun, sang ibu selalu menguatkan sayap-sayap jiwanya, melalui tutur kata, sikap, dan perilakunya.

Setelah Basim lulus MTsN, sang ibu telah menyiapkan uang dari tetes-tetes keringatnya sebagai pemulung untuk memasukkannya ke SMA favorit.

Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Basim tak bisa masuk ke SMA favorit karena uang sang ibu tidak cukup. Sudah begitu, sepulangnya dari sekolah itu, seorang pencuri telah merampok uang ibunya. Peristiwa inilah, sekali lagi, yang membuat Basim belajar bagaimana harus bersikap, bertindak, dan berbuat sebagaimana ibundanya. Sang ibu mengajarkan bagaimana memasrahkan diri sepasrah-pasrahnya pada kehendak-Nya.

Hingga ditemukanlah dompet itu, di antara sampah-sampah yang dipungut sang ibu. Keluhuran budi menyebabkan sang ibu menelepon pemilik dompet berisi kartu-kartu pentig dan uang jutaan rupiah itu. Begitu pak Surya, sang pemilik, datang, sang ibu diberi imbalan yang sangat banyak. Allah memberinya rezeki yang tak terduga melalui pak Surya.

Kembali, sang ibu tak ingin menikmati rezeki itu sendiri. Ia bagi-bagikan rezeki itu secara adil. Basim pun walau terlambat akhirnya bisa sekolah di SMU yang mengantarkan Basim pada kesabaran, kekuatan, ketabahan, dan prestasi. Dan semua ini, lagi-lagi, berkat doa dan rintihan sang ibu, juga berkat kerja keras sang ibu....

Sungguh, inilah kisah cinta dan kasih sayang antara seorang anak dan ibundanya. Di antara perih dan pedihnya menghadapi kesulitan-kesulitan hidup, bertumpu pada tumpukan-tumpukan sampah sebagai pemulung, ternayata ada seorang ibu seperti bu Farhanah, yang dengan cinta dan kasihnya, usaha dan kerja kerasnya, air mata dan jeritan doanya, mampu merawat, mendidik, mengasuh, dan mengantarkan Basim, anaknya, pada prestasi dan juara.



#RCO6
#ODOPbatch7
#Tantangan Tingkat 2

Senin, 25 November 2019

Review Buku

by: Lilis Indrawati








Kisah ini tentang Jim, yang sejak kecil amat percaya bahwa setiap kehidupan ditakdirkan memiliki satu cinta sejati. Itu berarti sebenarnya hampir dari seluruh kita memiliki cerita yang sama. Hanya saja, kisah ini menjadi berbeda dengan kepunyaan kita ketika Jim tak kunjung menyadari bahwa cinta adalah kata kerja, dan sebagai kata kerja jelas ia membutuhkan tindakan-tindakan, bukan sekedar perasaan-perasaan.

Menceritakan sosok lelaki yaitu Jim yang dalam hidupnya pernah mengenal dan merasakan jatuh cinta pada seorang wanita bangsawan negeri seberang yang bernama Nayla. Hatinya tertambat pada sosok wanita ayu nan rupawan. Pertemuan diawali dengan permainan biola Jim, yang membuat semua orang mengagumi kemampuan Jim bermain biola, termasuk Nayla. Cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, gayungpun bersambut, Nayla juga merasakan cinta itu. Namun Jim yang hanya pemuda yatim piatu, miskin papa, dibesarkan oleh kasih sayang para dermawan, tak berpendidikan, dan terlalu lemah untuk berani mengambil keputusan dalam hidup.

Tibalah saatnya Nayla harus menerima kenyataan, bahwa keluarganya menjodohkannya dengan seorang pemuda dari kaumnya. Itu permintaan terakhir mendiang ibunya. Pernikahan akan segera dilangsungkan. Nayla tidak berani menentang keputusan keluarga mereka. Hidup mereka sudah digariskan berdasarkan kesepakatan keluarga. Dan apalah artinya seorang Jim. Ia hanyalah pemain musik yang berperasaan lembut, tidak memiliki kekuatan apapun untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Jim terlalu takut untuk meghadapi kemungkinan hari-hari depannya. Terlalu gentar untuk mengambil tindakan. Tersuruk-suruk menggerakkan kaki. Berkutat dengan asa tanpa upaya. 

Nayla lelah dan sesak menunggu keberanian Jim, sementara pernikahan itu diabang pintu. Berkali-kali ia mendesak, hanya jawab pengecut yang ia terima. Nayla akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan meminum sebotol racun.

Dari sinilah cerita hidup Jim dimulai. Akhirnya iapun patah hati, karena gadis yang teramat sangat dicintai telah meninggalkan dirinya untuk selamanya. Hari-hari dijalani dengan kemurungan. Ingin rasanya ia juga mengakhiri hidup seperti Naylanya. Tapi lagi-lagi Jim tidak punya cukup nyali untuk melakukan itu semua. Hingga dengan secara tiba-tiba datanglah dalam hidupnya seorang pria asing, dialah Sang Penandai. Dan pria asing itu mengucapkan kalimat aneh "Pecinta sejati tidak akan menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya."

Pria itu mengulang kalimatnya berkali-kali, ia menginginkan Jim mempercayai satu kalimat itu saja. Dan sisanya, serahkanlah kepada waktu. Biarlah waktu yang menyelesaikan bagiannya.
Akhirnya Jim memulai hidupnya dengan menjadi prajurit di sebuah armada kapal besar yang melakukan perjalanan raksasa menuju Tanah Harapan. Kapal itulah yang disebut Pedang Langit.

Kesedihan demi kesedihan akibat kehilangan kekasih hati terus menyelimuti hatinya. Hatinya tertutup untuk semua perempuan, Pun begitu ketika harus bertemu dengan gadis ayu yang ia jumpai di tengah perjalannya, tidak juga bisa mengubah kesedihannya menjadi kebahagiaan. Ingatannya hanya dipenuhi oleh perasaan bersalah pada Nayla, hingga ia tidak mampu bangkit dari keterpurukan akibat cinta. Gadis itu rela mati demi cinta mereka, tapi Jim selalu ragu untuk melakukan hal yang sama dengan Nayla. Setiap keinginan itu datang menghampiri, pria asing itu selalu datang dengan tiba-tiba. 
Selalu dengan kalimatnya: 
"Pecinta sejati tidak akan menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya."
Percayalah pada kalimat bijak itu.
Hanya itu yang perlu dilakukan.
Sisanya, biarlah waktu yang menyelesaikan bagiannya.
maka, kau akan mendapatkan hadiah terindah atas cinta sejatimu.
Percayalah.

Bagi yang penasaran dan ingin tahu dari akhir cerita buku ini, silahkan ditemukan jawabannya dengan membaca lebih lengkap isi dari buku ini.
Salam literasi, terus semangat membaca dan menulis. 



Harga Sebuah Percaya, karya Tere Liye
Penerbit Mahaka Publishing, Cetakan ke-3 Maret 2018
298 halaman




DILARANG MISKIN

Karya Masrur Makmur, M.Pd. I & Moeslih Rosyid, SH, MM Tebal Buku 230 halaman Miskin kok di larang? Sebagaimana sebuah produk, apa...